Mohon tunggu...
Muaz
Muaz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pemerhati Kehidupan

Berlatar belakang Pendidikan Psikologi, menyukai musik, membaca buku, memahami kehidupan, dan kini menulis untuk menjelajah Negeri

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Emosi Anak Cerminan Emosi Orangtua

19 Desember 2024   08:31 Diperbarui: 19 Desember 2024   08:31 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi emosi positif orangtua kepada anak (Pexels/Vlada Karpovich)

Pernahkah kita melihat anak tiba-tiba marah saat ingin dibelikan mainan saat itu juga? Apalagi mainan yang sedang trend. Kita tidak bisa membelikannya saat itu juga karena tidak ada uang, masih lelah setelah pulang kantor, atau sedang sibuk. Kita pasti berpikir apa yang terjadi dengan anak kita. Dulu saat bayi, anak-anak terlihat begitu manisnya. Tawanya, tangisannya, saat menguap, bahkan melakukan gerakan kecilpun menjadi momen yang indah. 

Tapi mengapa pada usia balita bahkan lebih besar lagi, anak kita menjelma menjadi sedikit-sedikit marah, memukul, membentak, bahkan tantrum di depan umum. Marilah kita renungkan kembali, apakah ini perilaku yang murni timbul dari dalam dirinya atau perilaku yang dipelajari dari lingkungan mainnya dan jangan-jangan mencontoh perilaku kita sebagai orangtuanya.

Kita ingat-ingat kembali apakah suatu hari saat Ayah mencari pakaian kerja di lemari dan tidak menemukannya, lantas minta dicarikan oleh Bunda dengan nada suara keras? Posisi Bunda sedang di kamar mandi, dan ingin segera ada saat itu juga. Kejadian tersebut dilihat oleh anak yang sedang berbaring sambil minum susu di atas kasur. Kemudian terekam ke memori anak.

 Lalu apakah suatu hari saat anak dan isteri meminta jalan-jalan karena bosan di rumah, namun Anda tidak menurutinya karena anda lelah dan menolak dengan nada tinggi atau marah?

Sesungguhnya anak adalah cerminan orangtua. Anak seperti bayangan kita yang mengikuti gerak langkah, sifat, dan kebiasaan kita. Seringkali anak menjadi pendengar yang buruk, namun peniru yang ulung. Saat kita menasehati, sulit sekali dilakukan segera, namun saat kita melakukan sesuatu, mudah sekali ditirunya.

Berikut adalah tips untuk merubah respon emosional kita saat terjadi kondisi yang memancing amarah agar kita menjadi cermin yang baik bagi anak.

Ingat Momen dan Sadari

Jika kita mengalami kondisi emosional, maka segeralah mengingat kembali kapan kita marah, membentak, memukul, membanting barang, dengan sengaja atau tidak. 

Setelah kita menyadari telah melakukan tindak emosional kepada anak, pada kejadian berikutnya, kita bisa memilih tindakan lain dalam merespon kondisi emosional.

Meminta Maaf

Meminta maaf bukan hanya kepada anak dan isteri. Penting juga kita meminta maaf pada diri sendiri. Kita yang membuat diri sendiri bereaksi emosional dan minta maaflah karena telah memperlakukan tubuh sendiri dengan guncangan hebat reaksi emosional.  

Setelah mendapat maaf dari diri sendiri yang ditandai dengan perasaan tenang, kemudian kita meminta maaf kepada anak dan isteri dengan tutur kata dan perilaku yang santun. Anak yang melihat perilaku santun kita akan meniru perilaku tersebut di kemudian hari.

Memilih Respon

Kesadaran manusia membuatnya berkuasa atas dirinya sendiri untuk memilih reaksi yang akan dilakukan. Kecuali orang yang sedang tertidur atau tidak sadarkan diri. Saat sedang emosi, sebelum mengambil tindakan, biasanya ada pikiran sepersekian detik yang membuat kita akan mengambil tindakan kasar atau mengkomunikasikan maslah.

Itu adalah pilihan. Berlatihlah untuk merubah respon emosional menjadi mengkomunikasikan masalah. Berhati-hatilah dengan respon yang akan kita keluarkan jika kita mengalami suatu kondisi emosional atau konflik.

Semoga perubahan diri yang kita lakukan, akan diikuti oleh perubahan perilaku anak menjadi lebih baik. Lingkungan sekitar pun ikut terbawa arus kebaikan. Cermin yang telah dibersihkan dari debu dan kotoran, akan menampilkan sosok yang bercermin dengan lebih jelas, bersih, dan indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun