Daddy blues secara sederhana kita pahami manakala seorang Ayah mengalami kesulitan dalam mengasuh anak atau membantu isteri dalam mengasuh anak. Mengasuh anak versi ayah bisa dilakukan saat ayah tidak bekerja dan menjadi ayah rumah tangga yang full di rumah, sedangkan yang mencari nafkah adalah Ibu. Bisa juga dilakukan setelah pulang kantor atau pada hari libur bekerja.
Dalam pengasuhan ayah ini, berbagai keadaan dan tantangan baru akan dihadapi. Kesulitan yang dialami bisa berupa kelelahan setelah pulang kerja dan masih harus mengajak anak bermain. Kemudian kepanikan dan ketakutan saat anak tiba-tiba sakit di tengah malam, hingga membuat trauma ayah. Kaget dengan proses toilet training dan sanitasi anak yang harus memerlukan bantuan secara penuh. Lalu kebingungan saat melihat perubahan perilaku anak yang tiba-tiba tantrum, marah, menangis, berpura-pura, berbohong, hingga menghempaskan barang dimana-mana. Belum lagi konflik diri sendiri ayah dengan pekerjaan, bahkan masalah komunikasi antar suami isteri yang sesekali muncul.
Betapa hal tersebut membuat sedih, cemas, lelah, stress, frustasi, dan merasa tidak mampu. Kalau tidak mendapatkan bantuan atau solusi, bisa jadi ayah akan mengalami gangguan mental. Maka kita akan membahas apa yang harus ayah lakukan dalam menghadapi daddy blues.
1. Tingkatkan Pengetahuan
Kita perlu menyadari bahwa pada umumnya pria akan mengalami daddy blues. Tidak ada sekolah untuk ayah atau akademi jurusan pembekalan menjadi ayah. Mungkin para ayah yang beruntung pernah mengenyam pendidikan di fakultas psikologi, akan terbantu dengan keilmuannya.
Pada umumnya ayah hanya mendapat bekal pengetahuan dalam mengasuh anak dengan melihat cara orangtuanya dulu atau mendengar cerita dari teman. Hal tersebut sangat tidak cukup, karena perkembangan zaman dan informasi sangat cepat dan kita sebagai orangtua harus mengikuti perkembangan pengetahuan dengan beragam caranya dalam penyelesaian permasalahan hidup, khususnya dalam pengasuhan anak. Untuk itu aktif membaca buku dan mengikuti seminar parenting sudah mutlak harus dijalani.
2. Bergabung di KomunitasÂ
Pada saat kita meningkatkan pengetahuan dengan membaca buku dan mengikuti seminar, selalu ada informasi untuk bergabung di sosialmedia atau komunitas yang membahas seputar masalah pengasuhan anak.
Dalam proses meningkatkan pengetahuan, pasti ada hal yang ingin ditanyakan lebih lanjut atau memperdalam suatu materi. Kadang juga kita menemui permaslahan dengan anak yang belum sempat dipelajari dan butuh informasi segera, seperti anak tiba-tiba menangis atau muntah di tengah malam, berteriak sakit di bagian perut, dan sebagainya. Jika kita bertanya dalam grup sosial media, biasanya langsung mendapat respon dan maslahpun bisa terjawab.
3. Berkonsultasi Kepada Ahli
Kadang juga terjadi saat kita sudah mempelajari kelimuan, lalu grup sosial media tidak bisa menjawab pertanyaan atas masalah yang dialami, jangan ragu atau takut untuk mencari bantuan kepada ahli. Jika sakit fisik kita perlu mencari dokter. Jika terganggu secara psikologis, bisa mencari konsultan parenting, pernikahan, atau psikolog.
Jangan membiarkan masalah berlarut-larut. Terkadang rasa malu menahan kita untuk meminta bantuan para ahli, karena takut aibnya diketahui orang, karena berpendidikan tinggi, atau memiliki jabatan tinggi. Terkadang juga kendala biaya. Namun ketahuilah para ayah, jika kita segera melangkah, mudah-mudahan jawaban atas segala permasalahan segera didapatkan.
4. Selalu Terkoneksi dengan Pemilik Pengetahuan
Saat sedang meningkatkan pengetahuan pengasuhan anak dan sedang menjalaninya, tiba-tiba muncul maslah dengan pasangan atau keluarga. Masalah bisa beragam yang muncul. Komunikasi dengan pasangan, kebutuhan keuangan mendesak, konflik dengan sanak keluarga, dan sebagainya yang membuat kita seperti terdesak dan tanpa persiapan menghadapi masalah tersebut.