Mohon tunggu...
theresiatutoladjar
theresiatutoladjar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya seorang Mahasiswi Universitas Sanata Dharma.

Saya memiliki hobi, yaitu bernyanyi dan juga membaca. Saya merupakan pribadi yang cukup pemalu karena memang pada dasarnya saya cukup introvert. Tetapi, ketika bersama orang yang sudah saya kenal dan saya rasa nyaman saya akan menjadi pribadi yang cukup berani dan sedikit cerewet. Dengan kepribadian saya ini, saya cenderung menyukai konten atau berita-berita terkait dengan pendidikan/pengetahuan umum, kesehatan, budaya, ekonomi, dan juga teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Masyarakat Tiongkok Yang Menginspirasi Bagi Generasi Muda Indonesia

13 Desember 2024   17:11 Diperbarui: 13 Desember 2024   17:10 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat ini, di Indonesia istilah "Mager" sangat banyak dibicarakan dan dilakukan pada kehidupan sehari-hari, terutama pada generasi muda. Pada perkembangan arus digital yang semakin pesat di Indonesia ini memunculkan adanya istilah "Mager atau Males Gerak". Istilah ini sudah menjadi fenomena yang tidak asing lagi di kalangan anak-anak muda Indonesia dikarenakan banyaknya aktivitas saat ini yang dilakukan secara online, dan aktivitas ini semakin sering dilakukan oleh kebanyakan anak-anak muda pada masa Covid-19, namun hingga saat ini istilah "Mager" menjadi kebiasaan bagi kebanyakan anak-anak muda di Indonesia, misalnya ketika merasa lapar namun malas untuk bergerak, sekarang ini tidak perlu repot untuk masak atau pergi mencari makanan, tetapi dengan adanya teknologi yang semakin canggih melalui smartphone yang dimiliki hanya perlu memesan makanan yang diinginkan, lalu tinggal menunggu beberapa saat makanan yang diinginkan datang. Dari salah satu contoh ini dapat dilihat bahwa anak-anak muda saat ini sangat amat diuntungkan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat saat ini. Namun, jika lama kelamaan semua aktivitas terlalu bergantung pada teknologi, ada risiko seperti menjadi kurang berusaha untuk mencapai apa yang diinginkan. Dengan demikian, sangat penting untuk tetap menjaga keseimbangan antara memanfaat segala kemudahan yang ada dari teknologi saat ini dan mau berubah dan berusaha aktif melakukan aktivitas positif untuk kepentingan di masa yang akan datang. Berdasarkan beberapa artikel juga mengatakan, istilah "Mager" menunjukan jika kebiasaan ini terus menerus dilakukan oleh anak-anak muda di Indonesia akan memberikan dampak yang kurang baik, baik untuk kesehatan fisik maupun mental. Dikarenakan saat ini ketika memiliki waktu yang senggang anak-anak muda seringkali memilih untuk menghabiskan waktu untuk bermain media sosial hingga berjam-jam sehingga kurangnya pergerakan untuk tubuh sendiri dan inilah yang menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik. Selain itu, jika terus-menerus tergantung dengan teknologi ini akan menimbulkan kecanduan pada Smartphone, sehingga seringkali jika terlalu berlebihan bermain smartphone akan menyebabkan gangguan kecemasan atau stres. 

Ketergantungan anak-anak muda di Indonesia saat ini dengan teknologi semakin nyaman dan malas untuk beraktivitas di luar rumah, namun tentu ini memang tidak terjadi di semua anak muda di Indonesia tetapi kebanyakan saat ini sering menggunakan dan melakukan istilah "Mager" ini. Dengan adanya fenomena ini, anak-anak di Indonesia harus bisa merubah kebiasaan malas gerak tersebut dengan menerapkan nilai-nilai positif di dalam kehidupannya. Salah satunya ialah mereka bisa belajar dari berbagai budaya-budaya luar yang memberikan contoh positif dan dampak positif dari kebiasaan tersebut, misalnya anak-anak muda ini bisa mencontoh nilai-nilai budaya yang diterapkan oleh rakyat Tiongkok. Nilai-nilai budaya Tiongkok menjadi salah satu yang bisa dijadikan inspirasi dan diadopsi karena seperti yang diketahui Negara China menjadi salah satu yang sangat berkembang dan sangat sukses saat ini salah satu faktornya ialah komitmen mereka dalam melaksanakan budaya dan kebiasaan mereka.  Ada banyak sekali nilai-nilai budaya yang dapat dicontoh dari masyarakat Tiongkok, seperti disiplin, kerja keras, berhemat, ulet, tidak takut untuk mencoba dan gagal, dan mampu bangkit dengan cepat setelah mengalami kegagalan. Nilai-nilai budaya ini Tiongkok ini, sudah diajarkan turun temurun dan hingga saat ini masih terus dikembangkan. Budaya atau kebiasaan rakyat Tiongkok yang disebutkan sebelumnya sudah sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Tiongkok sehari-hari, baik pada zaman dulu hingga saat ini. Berkat komitmen penerapan budaya atau kebiasaan ini menjadi salah satu faktor yang membuat China menjadi negara yang sukses, baik dari bidang ekonomi, politik, dan berbagai bidang lainnya. Masyarakat Tiongkok juga memiliki istilah yang mereka pegang teguh "Waktu adalah uang", istilah ini menunjukan masyarakat Tiongkok sangat amat peduli dengan namanya ketepatan waktu, sehingga hal inilah yang membangun mereka menjadi pribadi yang sangat disiplin dengan berbagai hal di hidupnya. Namun, istilah ini menjadi baik diterapkan karena masyarakat benar-benar ingin adanya perubahan yang baik dalam kehidupan mereka sehari-hari dan mereka begitu peduli untuk sesuatu yang mereka inginkan di masa yang akan datang. 

Berkaca dari kebiasaan rakyat Tiongkok yang penuh dengan hal yang positif, seperti disiplin, kerja keras, ulet, dan lainnya anak-anak muda di Indonesia harus bisa belajar mulai berani untuk mengaplikasikan nilai-nilai positif tersebut dalam kehidupan sehari-hari agar bisa terjadi perubahan yang signifikan dari yang awalnya malas gerak, sehingga memiliki pemikiran yang terbuka untuk bisa berusaha disiplin akan hidupnya. Mencontoh dan mengaplikasikan nilai-nilai budaya ini bukan berarti tidak memperdulikan nilai-nilai lokal, tetapi bisa diseimbangkan sehingga bisa menghasilkan kebiasaan-kebiasaan yang bermanfaat dan positif dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai budaya yang positif dari masyarakat Tiongkok, seperti disiplin, kerja keras, berhemat, ulet, tidak takut untuk mencoba dan gagal, dan mampu bangkit dengan cepat setelah mengalami kegagalan bisa kita jadikan peluang untuk kita berubah menjadi lebih baik. 

Dengan menerapkan sikap disiplin, mengatur jadwal aktivitas yang teratur agar pelan-pelan bisa mengubah kebiasaan mager atau males gerak yang selama ini melekat dalam kehidupan sehari-hari menjadi kebiasaan aktif dan positif yang lebih bermanfaat dan sehat. Misalnya anak-anak muda bisa mengikuti kegiatan positif seperti menjadi relawan atau mengikuti komunitas atau organisasi yang bisa mendorong kepada kehidupan yang lebih aktif, atau juga bisa mengikuti kegiatan yang memberikan kontribusi positif di tengah lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, untuk anak-anak muda di Indonesia jangan hanya terinspirasi dan kagum saja dengan budaya Tiongkok, tetapi harus bisa perlahan mengaplikannya di dalam kehidupan sehari-hari agar bisa melawan rasa mager, sehingga  perlahan terciptanya perubahan pola pikir dan tindakan nyata dalam kehidupan yang cerah dan penuh semangat agar menjadi pribadi dengan karakter yang kuat, berani disiplin dan siap menghadapi masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun