Mohon tunggu...
Theresia Sumiyati
Theresia Sumiyati Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/theresiasumiyati8117

Saya seorang ibu dengan 2 orang anak laki-laki. Senang membaca, menulis, dan bermain musik. Hidup terasa lebih indah dengan adanya bacaan, tulisan, dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tensi Tinggi, Gagal Vaksin

8 April 2021   15:44 Diperbarui: 8 April 2021   15:49 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tensi Tinggi, Gagal Vaksin

Vaksin covid-19 bagi sebagian orang memang menjadi sesuatu yang diharapkan pada saat ini. Tujuannya  agar terhindar dari virus Corona. Akan tetapi bagi sebagian yang lain vaksin kalau bisa dihindari, karena menakutkan. Menurut beberapa teman yang sempat bercerita dengan saya, mereka pada dasarnya takut dengan jarum suntik. Ada yang sudah lama sekali tidak merasakan tajamnya jarum itu. Terakhir dirinya disuntik saat mau melahirkan. Bayangkan saja kalau anak yang terakhir dilahirkan saja sekarang sudah selesai kuliah. Puluhan tahun ia tak kenal dengan jarum suntik.

Pemberian Vaksin covid-19 saat ini sedang dilaksanakan di mana-mana. Kami para tenaga didik mendapat giliran untuk divaksin. Maka segala persyaratan harus disiapkan agar mendapatkan tiket untuk divaksinasi. Data yang tidak valid membuat seseorang kesulitan mendapatkan tiket tersebut. Kesalahan penulisan nama dan nomor NIK menjadi kendala. Selain itu nomor HP juga harus sesuai dengan data yang sudah terekam di dinas terkait.

Apabila semua data sudah valid maka akan mendapatkan jadwal untuk divaksin. Pada saat itulah persiapan diri harus dilakukan. Antara lain sarapan atau makan pagi. Suasana hati juga harus tenang. Karena kalau tidak tenang akan mempengaruhi tensi seseorang.

Seperti yang dialami kawan saya.   Ia merasa takut saat mau menerima vaksin. Suasana takut itu menimbulkan kecemasan. Kecemasan yang berlebihan berpengaruh kepada tensi. Tensi naik sampai 190, padahal dia dalam keadaan baik-baik saja. Selama ini tak pernah sakit, tak pernah ke dokter, dan tak pernah ada keluhan tentang kesehatan.

Perawat menganjurkan untuk beristirahat sejenak, sambil diajak ngobrol tentang hal-hal yang menyenangkan. Setelah itu diukur lagi tensinya. Bukannya turun, malahan semakin tinggi sampai 200. Perawat heran, beranggapan alat tensi rusak. Maka digunakan alat tensi yang lain. Ternyata memang tinggi. Akhirnya temanku ini gagal menerima vaksin. Dianjurkan beberapa hari lagi datang ke rumah sakit. Siapa tahu nanti sudah siap lahir batin, sehingga bisa menerima vaksin.

Padahal tajamnya jarum suntik tak setajam pisau. Juga tak setajam mulut penyebar gosip lo. Seperti digigit semut saja. Ayo jangan takut vaksin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun