Tensi Tinggi, Gagal Vaksin
Vaksin covid-19 bagi sebagian orang memang menjadi sesuatu yang diharapkan pada saat ini. Tujuannya  agar terhindar dari virus Corona. Akan tetapi bagi sebagian yang lain vaksin kalau bisa dihindari, karena menakutkan. Menurut beberapa teman yang sempat bercerita dengan saya, mereka pada dasarnya takut dengan jarum suntik. Ada yang sudah lama sekali tidak merasakan tajamnya jarum itu. Terakhir dirinya disuntik saat mau melahirkan. Bayangkan saja kalau anak yang terakhir dilahirkan saja sekarang sudah selesai kuliah. Puluhan tahun ia tak kenal dengan jarum suntik.
Pemberian Vaksin covid-19 saat ini sedang dilaksanakan di mana-mana. Kami para tenaga didik mendapat giliran untuk divaksin. Maka segala persyaratan harus disiapkan agar mendapatkan tiket untuk divaksinasi. Data yang tidak valid membuat seseorang kesulitan mendapatkan tiket tersebut. Kesalahan penulisan nama dan nomor NIK menjadi kendala. Selain itu nomor HP juga harus sesuai dengan data yang sudah terekam di dinas terkait.
Apabila semua data sudah valid maka akan mendapatkan jadwal untuk divaksin. Pada saat itulah persiapan diri harus dilakukan. Antara lain sarapan atau makan pagi. Suasana hati juga harus tenang. Karena kalau tidak tenang akan mempengaruhi tensi seseorang.
Seperti yang dialami kawan saya. Â Ia merasa takut saat mau menerima vaksin. Suasana takut itu menimbulkan kecemasan. Kecemasan yang berlebihan berpengaruh kepada tensi. Tensi naik sampai 190, padahal dia dalam keadaan baik-baik saja. Selama ini tak pernah sakit, tak pernah ke dokter, dan tak pernah ada keluhan tentang kesehatan.
Perawat menganjurkan untuk beristirahat sejenak, sambil diajak ngobrol tentang hal-hal yang menyenangkan. Setelah itu diukur lagi tensinya. Bukannya turun, malahan semakin tinggi sampai 200. Perawat heran, beranggapan alat tensi rusak. Maka digunakan alat tensi yang lain. Ternyata memang tinggi. Akhirnya temanku ini gagal menerima vaksin. Dianjurkan beberapa hari lagi datang ke rumah sakit. Siapa tahu nanti sudah siap lahir batin, sehingga bisa menerima vaksin.
Padahal tajamnya jarum suntik tak setajam pisau. Juga tak setajam mulut penyebar gosip lo. Seperti digigit semut saja. Ayo jangan takut vaksin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H