Biarkan Anak-Anak Bermain
Sekelompok anak laki-laki bermain di halaman. Halaman yang tidak terlalu luas itu mereka gunakan untuk bermain sepak bola, hampir setiap hari. Rupanya tak perlu lapangan hijau yang luas untuk melakukan hal itu, cukuplah halaman depan rumah. Jumlah mereka juga tak sebanyak pemain sepak bola dari sebuah klub.Â
Berapa pun jumlahnya, sesempit apa pun tempatnya, tak menghalangi permainan mereka. Yang terpenting bagi mereka adalah bisa berkumpul dengan teman, dan bisa bersenang-senang.
Bagi anak-anak, bermain sepak bola tidak harus dilakukan dengan bola. Sebuah botol bekas minuman bisa dijadikan sebagai pengganti bola. Bisa juga dengan menggunakan beberapa kertas bekas yang dibentuk bulat menyerupai bola. Pada jaman saya kecil, daun kelapa yang masih muda juga bisa dianyam menyerupai bola, meskipun bentuknya lebih mirip dengan kubus daripada bola.Semua itu membuktikan bahwa dengan bermain, bisa tumbuh kreativitas anak. Mereka tidak tergantung hanya dengan satu alat, atau satu tempat saja.
Dunia anak memang identik dengan dunia bermain. Apa pun bisa dijadikan mainan. Kapan pun waktunya juga bisa dijadikan sebagai waktu bermain. Hal ini sering terjadi di dalam kelas-kelas saat dilakukan pembelajaran.Â
Mungkin  para guru pernah mendapati anak-anak bermain dengan alat tulis yang mereka miliki. Sebuah penggaris, penghapus, peruncing, atau pun pensil bisa dipakai untuk bermain jungkat-jungkit.Â
Penggaris diletakkan di atas kotak pensil, di ujung penggaris dipasang sebuah penghapus sehingga posisinya seperti papan jungkat-jungkit. Kemudian tangan memukul ujung penggaris yang di atasnya tak ada penghapus, maka terlemparlah penghapus itu. Mereka yang melakukan itu tertawa terbahak-bahak, tak menyadari bahwa gurunya sangat merasa kesal. Â Â
Bermain bagi anak bisa memberi beberapa manfaat. Antara lain untuk menyenangkan hati, dan menumbuhkan kreativitas. Hal yang ke-dua ini sering tak disadari oleh anak-anak tersebut. Mereka akan merasakan manfaatnya seiring dengan berjalannya waktu. Ketika mereka dewasa kreativitas itu akan muncul dengan sendirinya saat dibutuhkan.
Meskipun ada beberapa manfaat dari bermain, orang tua tetap harus memberikan kontrol kepada anak-anaknya dalam bermain. Peran ini akan dilakukan guru saat anak-anak di sekolah.Â
Orang tua wajib berkata tidak saat anak-anaknya menggunakan alat dan tempat yang membahayakan saat bermain. Orang tua juga harus memberi batasan kapan atau berapa lama waktu yang boleh digunakan dalam bermain. Supaya anak-anak tetap bisa melakukan aktivitas yang lain misalnya untuk belajar, serta keperluan pribadi seperti makan, mandi, atau istirahat.Â
Jika dirasa sudah cukup, orang tua harus mengatakan stop. Tentang pembatasan waktu, orang tua bisa menggunakan kata-kata yang lebih halus, agar anak merasa tetap diberi waktu dalam bermain. Misalnya, "Nak, waktu bermain tinggal 5 menit lagi ya." Â Dengan kalimat tersebut mudah-mudahan anak-anak akan berhenti bermain pada waktunya tanpa perasaan yang tidak enak.