Mohon tunggu...
THERESIA SRI RAHAYU
THERESIA SRI RAHAYU Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

just an ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Itu

1 Mei 2023   14:10 Diperbarui: 1 Mei 2023   14:14 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Sepertinya aku pernah bertemu denganmu? Kata perempuan itu. Ia berbicara sembari menatap wajahku yang tertegun melihatnya. Tatapan matanya begitu tajam namun terasa lembut dan hangat. Bulu matanya yang lentik walaupun tidak terlalu lebat. Alis matanya yang melengkung dengan proporsional, membatinkan sebutan "cantik".


Aku pun tergagap, ketika perempuan itu menangkap sorot mataku yang tengah mengamatinya. Aku tak mampu membalas pertanyaannya. Mulutku terasa terkunci rapat - rapat. Lalu, dengan segala upaya, aku pun menggelengkan kepalaku.
"Berdirilah." Suara itu menggaung di seluruh ruangan redup ini. Tangannya meraih tubuhku yang sedari tadi terduduk di sebuah kursi. Dia berusaha menegakkan tubuhku berkali - kali. Namun, setiap kali dia mencobanya, aku terjatuh, lalu kembali terduduk di kursi itu.


"Berdiri! Ayo, berdiri!"
Dia mulai kelihatan marah. Urat - urat ketegasan muncul dari balik kulitnya yang sawo matang.
Sejurus kemudian, dia mencengkeram kerah bajuku dan menarikku dari kursi itu. Kursi yang menjadi tempat pelarianku dari segala hingar bingar dunia luar. Kursi yang sangat murah namun bagiku seperti barang mewah yang memberikan kenyamanan. Karena aku sangat suka duduk di kursi ini berjam-jam. Entah ketika aku masih tekun menggoreskan kata-kata di lembaran kertas hingga menjadi sebuah buku, entah ketika aku harus menjungkirbalikkan data demi sebuah keseimbangan laporan, bahkan aku merasa demikian nyaman saat membangun dunia imajinasiku sendiri. Cukup aku dan kursiku.


Dia merenggut semua kenangan itu dengan sikapnya yang kasar. Aku pun bangkit dan berusaha menggapainya dengan kedua belah tanganku. Namun, itu tidak terjadi. Karena tubuhku langsung jatuh ke lantai, ambruk!


Lalu, tepat ketika bunyi BUUKKKK yang keras itu terdengar, aku mendengar suara yang begitu asing. Simfoni antara sebuah raungan dan gelak tawa. Siapakah dia? Siapa yang meraung itu? Siapa yang menertawaiku? Aku sungguh ingin bertanya pada perempuan itu, tadinya aku kira di kamar ini hanya ada aku dan dia, tapi ada pula yang lainnya. Siapa yang lain itu? Siapa mereka?


Aku bodoh karena terlalu mempercayai perempuan itu. Kemarin dia memintaku bertemu dengannya. Aku kira hanya ada aku dan perempuan itu. Ternyata ada dia dan mereka. Siapa mereka?
Tapi pertanyaan itu tak akan bisa dia jawab. Bukan karena dia bodoh, tapi karena dia terlihat tak ingin menjawabnya.
Bahkan, ketika tubuhku mulai hancur, aku sempat melihat senyuman tersungging di bibir perempuan itu. Bibir yang begitu manis memikat yang dulu pernah aku miliki.


Perempuan itu sempat melirikku tepat ketika cahaya redup itu meniadakanku dalam kegelapan, seakan dia masih ingin menikmati momen ini setiap detiknya.
Tapi suara-suara asing itu menggiringnya keluar dari tempat ini. Lupakanlah dia, lupakan. Kamu pasti bisa. Begitu mereka bicara sambil terus merangkul pundak perempuan itu.

Lalu aku merasa sangat ringan. Tidak ada lagi yang membebaniku. Tidak ada yang memasungku, pun kursi itu. Aku seperti melayang  menembusi langit-langit kamar ini. Angin membawaku kemana suka, lalu aku melihatnya lagi, perempuan itu, seseorang yang pernah aku diami sebelumnya. Seseorang yang terlihat begitu cantik dan memesona. Seseorang yang terlihat sama seperti sebelumnya tapi sekarang lebih bersinar. Seseorang yang sebenarnya adalah aku yang sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun