Mohon tunggu...
Theresia sri rahayu
Theresia sri rahayu Mohon Tunggu... Guru - Bukan Guru Biasa

Menulis, menulis, dan menulislah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nyalakan Pelita Terangkan Cita - cita

2 Mei 2016   05:09 Diperbarui: 2 Mei 2016   07:15 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati setiap tanggal 2 Mei. Pada tahun 2016 ini, peringatan Hardiknas dilangsungkan selama satu bulan penuh yang diisi dengan berbagai agenda kegiatan. Sehingga bulan Mei 2016 disebut sebagai Bulan Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Bpk. Anies Baswedan, Ph. D pada pidato Hari Pendidikan Nasional Tanggal 2 Mei 2016, yang mengambil tema “Nyalakan Pelita Terangkan Cita – Cita”.

Serangkaian agenda kegiatan peringatan Bulan Pendidikan dan Kebudayaan ini meliputi : kegiatan upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional di masing – masing institusi, kegiatan – kegiatan pendukung sesuai tema yang dijabarkan menjadi empat sub tema untuk empat minggu yang berbeda selama Bulan Mei, dan puncak kegiatan dilaksanakan pada hari Minggu, 29 Mei 2016 di Jakarta dengan melibatkan para komunitas pegiat pendidikan dan masyarakat. Selain itu, dalam Surat Edaran Peringatan Hardiknas 2016, Mendikbud menghimbau agar Gubernur dan Bupati/Walikota berkenan melakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan yang ada di daerahnya masing – masing, untuk lebih memupuk rasa patriotisme.

Tema Hardiknas 2016,”Nyalakan Pelita Terangkan Cita – Cita”, diangkat dari sebuah harapan  besar dan mulia, yang selama ini ada di pundak pendidikan bangsa. Karena kejayaan dan keberlangsungan bangsa ditopang oleh ketersediaan sumber daya manusia yang bermutu tinggi, tanggap, dan handal dalam menjawab berbagai tantangan perubahan zaman. Makna dari tema Hardiknas ini dapat dimaknai juga sebagai bentuk arahan kepada setiap generasi bangsa, agar mau dan mampu menangkap berbagai peluang dalam rangka peningkatan mutu mereka masing – masing sebagai individu yang terdidik dan tercerahkan.

Memasuki era masyarakat global, berbagai tantangan perlu disikapi dengan kritis dan kreatif oleh kita yang menjadi bagian di dalamnya. Terlebih tanggung jawab ini menuntut dunia pendidikan agar mempersiapkan para peserta didik demi mendapatkan berbagai keterampilan utuh yang diperlukan oleh anak – anak Indonesia di abad 21, yang mencakup ; kualitas karakter, kemampuan literasi, dan kompetensi.

Kualitas karakter yang perlu dikembangkan saat ini adalah karakter moral dan karakter kinerja. Menagpa karakter ini menjadi hal yang perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan ? Karena melalui pendidikan, maka wajah bangsa ini akan diukir. Dan saat ini, permasalahan – permasalahan yang timbul mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas sebenarnya mengakar pada masalah karakter individunya yang kurang kuat. Misalnya, terjadi berbagai kasus pelanggaran hukum yang dilakukan oleh masyarakat (pencurian, perjudian, pembunuhan,dst), atau maraknya kasus manipulasi data yang berujung pada tindak pidana korupsi oleh para pejabat, semata – mata bukan disebabkan karena adanya peluang untuk melakukan tindakan, tetapi lebih disebabkan karena lunturnya karakter itu sendiri. Saat ini, dengan adanya perkembangan yang sangat pesat di bidang teknologi, arus informasi menjadi semakin global dan cepat menyebar. Maraknya tayangan di berbagai media, yang akhirnya hanya menjadi sebuah tontonan tapi miskin tuntunan, sedikit banyaknya tentu mempengaruhi karakter moral secara individu maupun kolektif bangsa.

Kualitas kinerja menjadi sebuah tantangan tersendiri di era global ini. Karena persaingan yang dihadapi para generasi penerus bangsa, bukan lagi berskala lokal dan nasional, namun juga internasional. Selama ini banyak sektor vital di negeri ini yang didominasi oleh tenaga ahli dari luar negeri, apalagi sekarang pekerja kasar dari luar negeri pun menyeruak masuk ke Indonesia. Dapat dibayangkan, jika pada akhirnya generasi bangsa Indonesia semakin tenggelam dan kehilangan jati diri. Revolusi mental sangat diperlukan untuk merombak kebiasaan – kebiasaan lama yang kurang baik. Kerja keras, rasa ingin tahu, tekun, tangguh, kemampuan beradaptasi, dan kepemimpinan adalah beberapa indikator dalam kualitas kinerja. Sehingga diharapkan benar – benar ada singkronisasi antara kualitas moral dan kualitas kinerja.

Hal berikutnya, yang juga menjadi perlu dikembangkan dalam rangka memberikan keterampilan utuh pada anak – anak di abad 21 adalah pengembangan literasi, yang bukan hanya mencakup baca, tulis, dan hitung. Tetapi juga literasi teknologi, sains, financial, dan budaya. Khusus untuk dunia pendidikan, pengembangan literasi teknologi menjadi fokus utama. Para pendidik perlu membekali diri mereka terlebih dahulu dengan salah satu kompetensi profesional, yaitu mahir dalam menggunakan alat – alat teknologi untuk menunjang pembelajaran. Berbagai kegiatan pelatihan dan seminar pemanfaatan multi media dalam pembelajaran, perlu ditingkatkan lagi dan menyebar di semua jenjang sekolah, agar sejak dini, peserta didik mengenal dan memahami teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan mereka sehari – hari. Sehingga generasi abad 21 ini sudah bukan lagi generasi yang gagap teknologi (gaptek).

Dari segi kompetensi, menurut Mendikbud, kompetensi yang perlu dikembangkan adalah kemampuan kreativitas, berpikir kritis dan memecahkan masalah, kemampuan komunikasi, serta kolaborasi. Semua kompetensi ini sangat dibutuhkan oleh anak – anak di abad 21 untuk menjawab berbagai permasalahan dalam kehidupan mereka. Kita saat ini tidak dapat lagi melihat ke belakang, apa yang sudah pernah terjadi dalam kehidupan kita. Tetapi kita masih bisa melihat jauh ke depan, di mana masa depan bangsa ini berada. Sehingga memang, kita perlu menyadari tugas dan tanggung jawab dalam memberikan berbagai keterampilan utuh pada anak – anak. Disadari atau tidak, saat ini anak – anak cenderung untuk mengharapkan segala sesuatu yang sifatnya instan. Mereka ingin hidup yang serba mudah dan cepat.

Sehingga timbul berbagai kendala yang tumbuh dalam diri mereka sendiri. Ketajaman kreativitas bukan semata – mata hasil cetakan sekolah, tetapi berawal dari diri sendiri. Berpikir kritis, merupakan upaya filter yang diperlukan oleh dirinya sendiri sebagai seorang individu dalam menyaring semua informasi, bila tidak ada sikap kritis, maka dipastikan ia hanya akan menjadi seorang “pengikut”, dan bukannya menjadi seorang “pemimpin”. The Founding Father, para tokoh pemimpin kita terdahulu, telah mengukir sejarah bangsa yang hebat di mata dunia. Mengangkat Indonesia menjadi sebuah bangsa besar di kancah internasional. Dan tongkat estafet ittu kini ada di tangan para generasi penerus bangsa.

Oleh karena itu, melalui peringatan Hari Pendidikan Nasional, kita diajak untuk lebih menyadari peran kita masing – masing agar mau bergotong royong dalam mempersiapkan jalan menuju masa depan bangsa yang lebih baik. Memberikan bekal keterampilan utuh bagi anak – anak penerus bangsa, dan menjadi bagian dalam masyarakat yang juga terdidik dan tercerahkan.

Selamat Hari Pendidikan Nasional.        

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun