Mohon tunggu...
Theresia Ursula Putri K G
Theresia Ursula Putri K G Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Parahyangan

Perkenalkan nama saya Theresia Ursula Putri K G dan biasanya keluarga serta teman-teman memanggil saya Tere. Bisa dibilang saya merupakan pribadi yang cukup aktif di lingkungan pertemanan saya. Namun, situasi pandemi yang tidak memungkinkan saya untuk keluar rumah, membuat saya menemukan hobi yang baru. Mendengarkan musik dan menonton film adalah beberapa contoh aktivitas yang saya lakukan ketika sedang menikmati waktu luang. Menjadi penikmat membuat saya menyadari bahwa karya seni bisa menjadi sarana ekspresi dan apresiasi bagi para pembuat dan penikmatnya. Salah satu contoh film yang saya gemari adalah film animasi yang kerap mengangkat tema misteri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Generasi Muda terhadap Isu Sosial di Indonesia

6 Oktober 2022   17:35 Diperbarui: 6 Oktober 2022   17:38 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambutan dari Bapak Mardohar Simanjuntak dan Ibu Anggi selaku ketua dan koordinator geladi hominisasi (Dokpri)

Pada hari Minggu tanggal 2 Oktober 2022 lalu, saya bersama beberapa mahasiswa yang lain mengikuti kegiatan Geladi Hominisasi yang diadakan oleh Universitas Katolik Parahyangan sebagai salah satu sarana dalam mengembangkan serta meningkatkan spiritualitas sesuai dengan ajaran dan nilai dasar universitas. Berangkat dari manfaat tersebut, saya sangat bersemangat untuk mengikuti acara pembelajaran geladi hominisasi ini. Satu hal yang menarik adalah ketika kami masuk ke dalam zoom, kami harus terlebih dahulu menambahkan lokasi sesuai asal tempat lahir masing-masing. Cara ini ditunjukkan agar kami, para peserta geladi hominisasi dapat saling mengenal setiap budaya dan kekhasan masing-masing daerah asal dari para mahasiswa Universitas Parahyangan. 

Kegiatan dimulai dengan pengenalan dan kata sambutan dari koordinator geladi, serta sapaan dari para dosen pendamping. Setelah beberapa pengarahan, kami dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk membahas beberapa topik terkait isu sosial yang kerap terjadi di Indonesia dan masih bereksistensi hingga saat ini. Saya berada di kelompok 10 dan berkesempatan untuk membahas topik Sumpah Pemuda. Kami sekelompok membahas relevansi Sumpah Pemuda dengan kehidupan pada zaman modern ini, dan salah satu highlight dari hasil diskusi kami adalah pada masa ini, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sebagai sarana untuk berkomunikasi antar individu, sudah mulai luntur. 

Kemunculan bahasa-bahasa gaul atau yang cukup naik daun belakangan ini, yaitu bahasa jaksel, kerap menggrandungi perkumpulan remaja dan menjadi sebuah tren yang cukup populer. Namun, tentu saja hal ini sangat bertolak belakang dengan deklarasi Sumpah Pemuda yang salah satunya tertulis "berbahasa kesatuan, Bahasa Indonesia". Tentunya, tidak menjadi masalah apabila kita cukup terbuka pada kehadiran tren yang berdatangan dari luar, tetapi ada baiknya apabila kita bisa menyaring dan menggunakannya tidak pada setiap kesempatan. Keresahan terkait penggunaan bahasa yang baik dan benar ini kelompok kami angkat ke dalam sebuah drama tentang kehidupan pergaulan remaja dalam menggunakan bahasa jaksel sebagai sarana komunikasi. 

Menurut saya, kegiatan geladi hominisasi sangat bermanfaat sebagai bahan refleksi saya dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Melalui geladi ini, saya disadari bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam masa depan bangsa, serta ikut ambil bagian dalam segala problematika yang terjadi di negara. Maka dari itu, kita sebagai mahasiswa memiliki tanggung jawab yang besar untuk bisa berpikir kritis dan memiliki problem-solving yang baik di lingkungan tempat tinggal, universitas, dan masyarakat. 

Beberapa solusi yang akan saya lakukan sebagai acuan untuk membangun sikap berpikir kritis dalam dunia perkuliahan adalah yang pertama saya tidak akan menerima secara mentah-mentah segala informasi yang diberikan oleh pengajar atau orang yang dianggap kompeten lainnya. Bukan karena faktor tidak percaya, tetapi melakukan konfirmasi atau pengecekan ulang merupakan salah satu usaha untuk membangun sikap berpikir kritis ini. Kemudian, saya akan lebih cermat dalam mencari sumber referensi pada website di jejaring sosial. Hal ini dikarenakan dewasa ini, perkembangan teknologi telah mengalami peningkatan pesat dan banyak informasi yang berdatangan. Saya selaku generasi muda memiliki tanggung jawab yang besar untuk membedakan mana informasi yang memang berupa fakta, serta mana informasi yang hanya sebuah kebohongan belaka. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun