Suara dentuman tersebut berhasil mengundang beberapa reaksi dari masyarakat. Â Beberapa warganet tampak beramai-ramai memperbincangkan topik ini di media sosial. Hal ini dapat kita lihat melalui kolom komentar dari posting-an akun @depok24jam terkait suara dentuman tersebut. Beberapa akun menyatakan rasa ketakutannya dan ada juga yang penasaran dengan asal suara dentuman tersebut. Sementara itu, dilansir dari detik.com, salah satu warga Pandeglang bernama Endang mengaku tidak begitu panik. Hal ini disebabkan karena semua perhatian berfokus pada virus Corona. Selain itu, suara dentuman juga telah terjadi berkali-kali dalam seminggu.Â
Masih Menjadi Misteri
Walaupun sempat menghebohkan masyarakat dan menghubungkan fenomena suara dentuman keras itu sebagai akibat dari letusan Gunung Anak Krakatau, ternyata fenomena suara dentuman keras itu bukan berasal dari letusan Gunung Anak Krakatau. Hal ini dibuktikan oleh pernyataan Hendra Gunawan selaku Kepala PVMBG yang mengatakan jika suara dentuman keras itu tidak ada kaitannya dengan Gunung Anak Krakatau karena erupsi bersifat strombolian dan tidak menghasilkan suara. Hendra mengatakan jika suara dentuman keras itu berasal dari petir yang berada di Gunung Salak. Suara dentuman ini juga terdengar di pos pengamat Gunung Gede dan Gunung Salak.
"Di Pos Gunung Salak mengidentifikasi dentuman petir, tapi cuaca tidak hujan di sekitar pos,"tutur Hendra pada Sabtu (11/04).
Hendra juga menambahkan jika letusan Gunung Anak Krakatau pada Jumat (10/04) juga relatif kecil sehingga mustahil jika mampu terdengar hingga Jabodetabek. Pernyataan serupa juga dilontarkan oleh Prof. Dony Kushardono, peneliti utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melalui posting-an akun @lapan_ri. Dalam posting-an tersebut, dijelaskan kronologi erupsi Gunung Anak Krakatau yang menjelaskan bahwa suara dentuman keras itu kemungkinan bukan berasal dari letusan Gunung Anak Krakatau.
Sementara itu, Surono selaku ahli vulkanologi dan mantan Kepala ESDM mengatakan jika suara dentuman keras itu dapat saja disebabkan oleh erupsi Gunung Anak Krakatau. Hal ini terjadi karena suasana yang sepi sehingga dapat didengar jauh dari titik lokasi. Surono menambahkan jika suara dentuman keras tersebut dapat terdengar jauh karena gelombang suara yang bergantung pada tekanan udara. Oleh karena itu, masyarakat Jabodetabek mampu mendengar suara dentuman keras akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.Â
Suara dentuman keras tersebut masih menjadi misteri hingga hari ini (12/04). Suara dentuman keras tersebut dapat saja bukan berasal dari Gunung Anak Krakatau. Namun, ada kemungkinan juga jikaq suara dentuman keras itu berasal dari letusan Gunung Anak Krakatau. Walaupun begitu, ada baiknya kita tetap waspada terutama di tengah pandemi virus Corona.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H