Mohon tunggu...
Theresia Natali Cahyaning
Theresia Natali Cahyaning Mohon Tunggu... Lainnya - Belum bekerja

Hobi baca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Pendekar Cisadane

7 November 2023   21:47 Diperbarui: 8 November 2023   08:51 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Halo! Namaku Nadine. Orang-orang biasa memanggilku Nad. Aku tinggal di sebuah kota yang mempunyai julukan sebagai Kota Benteng. Apakah kamu tahu kota apa itu? Ya, benar. Namanya adalah Kota Tangerang. Kota ini terletak di Provinsi Banten dan berjarak 27 kilometer dari Jakarta. 

Di Kota Tangerang terdapat banyak sekali tempat wisata, salah satunya adalah Sungai Cisadane. Rumahku cukup dekat dengan Sungai Cisadane, jadi aku sering datang kesana entah untuk berolahraga atau sekedar berjalan-jalan saja. 

Nama Sungai Cisadane sendiri berasal dari bahasa Sunda yaitu 'Ci' yang berarti air dan bahasa Sanskerta yaitu 'Sadane' yang berarti kerajaan. Bila keduanya digabungkan maka arti dari Sungai Cisadane adalah 'Air Istana Kerajaan'. 

Pada suatu malam, aku sedang tertidur lelap dan bermimpi. Mimpiku itu berisi tentang Pendekar Cisadane. Apakah kamu mau tahu bagaimana isi mimpinya? Sini aku ceritakan. 

Semua berawal dari aku yang tiba-tiba berada di sebuah rumah milik Bu Ranti yang merupakan salah satu warga di sebuah dusun yang terletak tak jauh dari Sungai Cisadane. Bu Ranti bercerita kepadaku jika ia menemukanku di tepi Sungai Cisadane. Dan sekarang ia mengajakku berkeliling dusun serta mengajakku bertemu dengan Pak Asep yang merupakan kepala dusun. 

Pak Asep menyambutku dengan ramah. Lalu aku di ajak masuk ke dalam rumahnya sedangkan Bu Ranti pamit pergi untuk menanam sayuran bersama dengan ibu-ibu yang lain. Di dalam rumah Pak Asep, aku diberikan segelas teh hangat oleh istri Pak Asep yang bernama Bu Ningsih. Kami berbincang-bincang dengan santai. Tetapi sayangnya Bu Ningsih harus pamit untuk mengurus Vero, anak Bu Ningsih dan Pak Asep yang baru berusia 12 bulan, yang sedang menangis di kamar. 

Setelah Bu Ningsih pergi, Pak Asep bercerita kepadaku dengan raut wajah yang sedih.

"Kami sebenarnya mempunyai anak selain Vero yang bernama Syarif, tetapi ia menghilang entah kemana saat sedang pergi memancing ikan di Sungai Cisadane," ujar Pak Asep. 

"Bagaimana itu bisa terjadi?" tanyaku bingung.

Pak Asep berdiam cukup lama sebelum akhirnya Pak Asep menjawab, "Tidak ada satupun warga yang melihat nya saat itu. Kami pun sudah mencarinya selama berminggu-minggu tetapi tetap tidak ketemu. Kami curiga bahwa Ratu Siluman Buaya menculik Syarif."   

Dan perbincangan pun selesai dikarenakan hari sudah larut malam dan aku harus pulang. Di kamar, aku terus memikirkan siapa yang dimaksud dengan Ratu Siluman Buaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun