Puisi: Relung Bejana Ruang Rindu
Ketika jejak ngilu itu mengering
membasahi ujung netra, tak mampu berpaling
bergumul tanpa batas bersama tetes rinai bening
menderu isak jiwa berseteru mendesing
Akh, mengapa engkau begitu?
sementara aku menunggu jawabmu
mengisi relung bejana ruang rindu
yang tertimbun tumpukan debu
Senyum kau hadirkan sebagai signal rindu
mengusik jiwa terbuai memeluk ragu
merobek bibir harap mengucap kata, "Anu"
sekadar sejenak mengiris jeda waktu
Baca juga: Terkapar di Hamparan Sunyi
Aku merasakan getar riak hatimu
membungkuk merayu jejak pilu
menjauh pergi dari teras hatiku
layaknya hujan mengusir kemarau berdebu
Meski lukisan kecewa menghiasi
aku tak ingin menjauh pergi
walau sekejap, izinkan aku tetap di sini
sekadar mengusir sunyi sembari,
"Ajari aku membuat puisi"
Baca juga: Kepingan Senja Merindu
@senimelipatluka, 21 Â Januari 2025
#Tulisan ke-5 Tahun 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H