Mohon tunggu...
Theresia Martini
Theresia Martini Mohon Tunggu... Lainnya - Pencinta Keheningan

Menulis adalah tantangan jiwa, mengalahkan diri, sejauh kaki terus melangkah ke depan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Relung Bejana Ruang Rindu

21 Januari 2025   13:42 Diperbarui: 21 Januari 2025   13:42 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Perempuan sepi berharap mengisi relung bejana ruang rindu (Sumber:www.istockphoto.com)

Puisi: Relung Bejana Ruang Rindu

Ketika jejak ngilu itu mengering
membasahi ujung netra, tak mampu berpaling
bergumul tanpa batas bersama tetes rinai bening
menderu isak jiwa berseteru mendesing

Akh, mengapa engkau begitu?
sementara aku menunggu jawabmu
mengisi relung bejana ruang rindu
yang tertimbun tumpukan debu

Senyum kau hadirkan sebagai signal rindu
mengusik jiwa terbuai memeluk ragu
merobek bibir harap mengucap kata, "Anu"
sekadar sejenak mengiris jeda waktu

Baca juga: Terkapar di Hamparan Sunyi

Aku merasakan getar riak hatimu
membungkuk merayu jejak pilu
menjauh pergi dari teras hatiku
layaknya hujan mengusir kemarau berdebu

Meski lukisan kecewa menghiasi
aku tak ingin menjauh pergi
walau sekejap, izinkan aku tetap di sini
sekadar mengusir sunyi sembari,
"Ajari aku membuat puisi"

Baca juga: Kepingan Senja Merindu

@senimelipatluka, 21  Januari 2025
#Tulisan ke-5 Tahun 2025

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun