Puisi: Mengukir Malam dengan Tinta Sepi
Ketika mentari pagi menyapa, lidah hadir menghamba
menyajikan tarian syukur kepada Hyang Mahakuasa
berlenggok kian kemari menyulam indah aksara dalam kata
mengunggah niat hati bergelimpang tanya
Jauh di sudut kedalaman hati yang sunyi senyap
tertimbun sebongkah harap mendekap
terkadang ia melirih senyum tak di anggap
namun tajam bak belati jiwa menancap
Ketika tawa mengaduk dalam canda
deras mengalir derai kata membahagia
menyajikan lukisan pola tingkah anak manusia
tersembunyi cerita membisik lirih tanpa suara
Di balik lara membayang senyum hambar tanpa rasa
mengukir malam dengan tinta sepi menghampa
menikmati kudapan kisah melepas barisan luka
liar menjalang temukan cahaya merangkai asa tersisa
Tak jarang ia berbisik, menggoda resah
meronta, menahan butiran bening mendesah
hati terkurung amarah berucap astagfirullah
membakar kejam lembaran nestapa
Di balik lidah ada hati pemuja cinta
bersembunyi tanpa dusta tak terlihat oleh mata
layaknya rinai yang menyelimuti senja,
lidah menutup rahasia jendela hati yang berwarna
@senimelipatluka, 3 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H