Mohon tunggu...
Theresia RE Manurung
Theresia RE Manurung Mohon Tunggu... Mahasiswa - A simple binoculars

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencintai Pergumulan

24 Mei 2021   12:52 Diperbarui: 24 Mei 2021   16:45 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pergumulan bisa terjadi terhadap siapa saja dan dimana saja. Dari berbagai kalangan usia, sosial, hingga profesi yang sedang kita jalani. Dalam kalangan usia, masa anak-anak tentu belum memiliki pergumulan yang seberat orang dewasa alami. Anak-anak akan memasuki masa pergumulan, ketika hidupnya mulai mendapatkan suatu tugas atau kewajiban. 

Di dalam kegiatan sosial atau organisasi, dikatakan kita sebagai makhluk sosial akan membutukan bantuan orang lain, sehingga terbentuklah hubungan timbal balik. Adapun hubungan sosial itu dapat berupa hubungan keluarga, teman, organisasi, dan lain sebagainya. Sifat pribadi manusia yang berbeda-beda tentu akan membuat munculnya pergumulan untuk memahami atau bahkan menanggapi perilaku dari tiap-tiap manusia. 

Orang yang memiliki pergumulan biasanya akan menunjukkan sikap yang berbeda dari biasanya, meskipun kadang ada yang dapat menutupinya dengan maksud agar orang lain tidak perlu mengetahuinya. Ada juga yang tidak tahan dan akan melakukan suatu cara yang membuat dirinya tenang. Contoh baiknya, curhat pada orang terdekatnya. Contoh buruknya, melakukan hal buruk pada dirinya (stress). 

Orang yang sedang bergumul adalah orang yang berada pada suatu masa dengan masalah atau beban pikiran yang ia dapat dari proses perjalanan kehidupannya. Biasanya, yang membuat seseorang bergumul adalah ketika masalah yang sedang ia hadapi sulit untuk menemukan jalan keluar sekalipun ia telah berusaha untuk menyelesaikannya. 

Salah satu contoh pergumulan umum saat ini, perbedaan gender yang lebih dominan berpihak pada sistem Patriark. Sekalipun dikatakan telah adanya perubahan yaitu kebebasan pada kaum wanita, namun tetap menjadi pertanyaan: apa dampak atau sudahkah kebebasan itu sepenuhnya dimiliki kaum wanita? 

Hal ini pun masih menjadi pergumulan mendalam bagi pelayan Gereja dengan gender wanita. Sekalipun masalah ini kebanyakan dianggap sepele, namun pada kenyataannya tidak. Bagi orang Kristen, seharusnya laki-laki maupun perempuan itu tidak ada bedanya. Tetapi karena agama berkecimpung juga dengan budaya, sifat budaya yang biasanya bersifat Patriakh menjadi terpengaruh dalam agama tersebut. Sedangkan Alkitab telah berkata, bahwa berujungnya kehidupan ini, semua bangsa akan dipisahkan seorang dari seorang menjadi dua bagian, seperti seorang gembala memisahkan domba dari kambing. Adapun dua bagian itu, bagian kanan, yaitu orang-orang yang menaruh hidupnya berlandaskan keimanan. Sedangkan sebelah kiri yaitu orang yang tergiur akan hal duniawi dan yang menganggap remeh orang yang hina. 

Sekali lagi Gereja diingatkan dalam panggilannya sebagai sumber institusi sosial dan agama, seperti yang kitab Matius suarakan, "Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 

Jika di timbang, berat wanita dengan laki-laki seimbang. Tetapi sekali lagi dipertanyakan, mengapa kaum wanita sering diremehkan? Padahal dalam masa penghakiman terakhir, bukan wanita atau laki-laki yang didebatkan tetapi orang-orang yang mau melakukan kebaikan. Benar-benar pergumulan yang berat khususnya bagi pelayan Gereja yang bergender wanita. 

Apa solusi ketika mengalami pergumulan? Cara mengatasi pergumulan akan berbeda-beda pastinya, tergantung pergumulan yang kita hadapi. Namun, solusi paling umum yang dapat kita lakukan, pertama dan paling utama berdoalah pada Tuhan untuk meminta pertolongan dan menyerahkan diri kita yang lemah tanpa pertolongan-Nya. Cara kedua, tetaplah berpikir positif dan jauhkan pikiran yang menganggap diri kita tidak berguna lagi. Ketiga, kembali pada bagian diatas, dimana kita adalah manusia sosial yang akan saling membutuhkan manusia lainnya. Memang minta tolong pada orang lain tidak membantu menyelesaikan masalah sepenuhnya, namun setidaknya meringankan beban kita karena sudah mencurhatkannya. 

Terakhir, pergumulan hadir dari kehidupan yang kita jalani. Buatlah kehidupan itu seperti cinta, yang mengutamakan keterbukaan, saling menerima, dan paling penting saling setia. Tetaplah hidup, menjalani pergumulan, karena dari situlah kita akan dinaikkan kejenjang kehidupan yang lebih tinggi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun