Mohon tunggu...
Theresia RE Manurung
Theresia RE Manurung Mohon Tunggu... Mahasiswa - A simple binoculars

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Diary

Indah Diteropong

26 April 2021   09:19 Diperbarui: 26 April 2021   12:36 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal kami mengetahui dan menulis di salah satu media menulis dan membaca seperti Kompasiana ini, berawal dari ketika seorang dosen dari mata kuliah Bahasa Indonesia memberikan tugas untuk membuat sebuah tulisan bertema pendidikan ditengah pandemic Covid-19. Tulisan itu kemudian harus di up-load ke media informasi dan saat itu yang kami jumpai adalah media Kompasiana.

Setelah berlalunya tugas itu, berlalu pulalah kegiatan kami di Kompasiana. Hingga kami berjumpa dengan sebuah organisasi yang direkomendasikan oleh seorang teman kami yang telah bergabung dengan sebuah group menulis. Awalnya kami memulai bertanya dengan rasa penasaran akan info yang disebarkan oleh Sang Teman. Setelah beberapa pertanyaan yang kami ajukan, Sang Teman pun mengajak kami untuk bergabung dalam acara workshop via zoom, dimana dalam acara ini memperkenalkan, menjelaskan apa dan bagaimana sebenarnya program tersebut.
Setelah kurang lebih dua minggu acara work-shop tersebut berlalu, barulah Sang Teman mengajak bergabung dalam group menulis tersebut. Group tempat kami berkumpul merupakan group ketiga dari program menulis itu dan dipegang (diketuai) oleh teman kami itu sendiri. Awalnya, perasaan insecure merasuki hati untuk mengikuti program ini. Berpikiran akan kemampuan kami yang masih rendah terkait tulis menulis.

Karena antusiasnya Sang Teman mengajak kami, akhirnya kami bergabung dalam group yang ternyata beberapa teman kami yang lain sudah bergabung dalam group tersebut. Kegiatan tulis-menulis pun dilakukan dengan beberapa tingkatan program, seperti program 1 minggu full menulis, 1 bulan full menulis, dan seterusnya. Memang kegiatan menulis ini tidak memberikan penghasilan berupa materi, tetapi benefit yang diberikan merupakan pelatihan agar kita terlatih berpikir, mencerna pengetahuan baru, dan kemudian menuangkannya dalam bentuk tulisan. Disamping itu, melalui gerakan program seperti ini, kita juga dilatih agar semakin mendisiplinkan diri. Dan saya sendiri merasakan banyak keuntungan setelah mengikuti program ini.

Mungkin kami sekarang belum dapat dikatakan sebagai seorang motivator dari tulis-menulis. Tetapi patut kita ingat pula bahwa ada banyak orang diluar sana yang diawali dengan hobi menulis akhirnya menjadi penulis handal dan dari buku-bukunya yang telah diterbitkan dapat menjadi sumber penghasilan bagi dirinya.

Pengalaman merupakan guru sekaligus pelajaran sejati bagi setiap diri manusia. Rasa takut atau insecure yang bisa saja muncul pada tiap-tiap orang, tentu menjadi hambatan seseorang melangkah. Tetapi, ketika kita bisa melawan rasa itu, saat itulah kita akan merasakan kenikmatannya.

Sama halnya, ketika akhir-akhir ini murid-murid Sekolah Menengah Atas (SMA) yang akan memasuki jenjang perkulihaan, pasti sudah banyak yang mencari info-info terkait universitas yang akan dimasuki atau membentuk ancang-ancang akan lanjut kemana ia setelah SMA ini. Kala sebagian siswa berancang akan langsung kerja, maka ia akan mencari lowongan pekerjaan baik dari keluarga ataupun media lainnya. Sedangkan yang masih bisa lanjut kejenjang perguruan tinggi akan mencari info-info terkait SNMPTN atau SBMPTN, atau info universitas swasta lainnya.

Suatu ketika ada seorang teman bercerita tentang keinginannya masuk perguruan tinggi. Oleh sebab itu, ia bertanya bagaimana caranya agar bisa masuk perguruan tinggi, apa saja yang harus di lewati dan persiapkan. Singkat cerita, dibalik ia sedang berlatih, ia mengetahui bahwa temannya yang lain hendak masuk ke perguruan tinggi yang sama. Hal ini membuat dia insecure, terlebih mengetahui bahwa teman nya ini mendapat pengajaran yang lebih kondusif daripada ia. Akhirnya apa? Ia meragukan usaha yang telah ia lakukan.

Coba saja dulu, urusan hasil urusan nanti. Ya, kita yang sedang dalam berusaha keras, akan sering seperti itu. Selalu merasa kurang untuk melakukan yang terbaik pada sesuatu yang kita inginkan. Hal ini baik, membangkitkan antusias kita untuk menjangkau sesuatu yang kita inginkan. Sayangnya hal tersebut justru membuat diri kita tidak percaya diri, dan akhirnya mundur. Hasil yang negatif memang sangat sakit, tetapi meskipun kita mendapat pengajaran dari seorang terhandal atau apapun itu, jika memang bukan alur kita disitu, kita akan tetap kalah.

Baik dalam cara yang manapun, semua butuh yang namanya usaha dan doa. Doakan kerjamu, kerjakan doamu. Tentu sudah sering kita dengar, bukan? Kata-kata ini benar, betapa baiknya segala sesuatu kita doakan, namun doapun tidak seharunya membuat kita menjadi manja dengan menantikan jawaban dari Tuhan atas doa-doa kita. Kita harus tetap berusaha agar semuanya indah di dalam teropong Tuhan. Jika di mata Tuhan sudah indah, sama seperti manusia yang akan selalu memilih dan menyukai keindahan, maka Tuhan juga akan berkenan memilih kita yang telah berusaha dan membimbing kita senantiasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun