Mohon tunggu...
theresiajasmine14
theresiajasmine14 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa yang masih menunggu kedatangan hari kelulusan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Semangat Proklamasi dalam Diri Generasi Muda

9 Desember 2024   09:00 Diperbarui: 9 Desember 2024   23:49 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perjuangan kemerdekaan Indonesia yang telah diraih pada tanggal 17 Agustus 1945 bukan hanya berhenti sampai di situ. Perjuangan dan semangat nasionalisme yang kian membara, mengingat sudah 79 tahun yang lalu Indonesia mengumandangkan teks proklamasi melalui presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai wakil presiden pertama Indonesia. Hal ini tidak dipungkiri, jika kemerdekaan Indonesia telah melalui berbagai macam tantangan dan rintangan serta gejolak yang kian berarti untuk tetap mengedepankan semangat juang dan nasionalisme pada bangsa Indonesia. 

Penjajahan yang dilakukan oleh negara penjajah (seperti Sekutu, Belanda, dan Jepang) menjadi nilai yang kuat bagi setiap masyarakat Indonesia untuk mengedepankan semangat nasionalisme guna mencapai tujuan bersama yaitu lepas dari belenggu penjajahan. Penyiksaan yang kian lama selalu datang bertubi-tubi oleh karena penjajahan, membuat berbagai tokoh dari berbagai golongan bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan. Perlawanan baik dari pertumpahan darah maupun pertumpahan emosi dalam perundingan maupun perjanjian yang cenderung merugikan Indonesia, telah dilalui dengan tangisan dan keringat guna memberikan rasa aman, nyaman, dan bebas bagi para penerus bangsa. Tidak hanya itu, perdebatan yang juga banyak melibatkan golongan tua dan golongan muda untuk melakukan percepatan tanggal kemerdekaan juga telah dilalui. Sejarah ini mencatat tepat sehari sebelum kemerdekaan Indonesia, Soekarno dan Hatta diculik oleh para golongan muda (Sukarni, Wikana, dan Chaerul Saleh) ke Rengasdengklok. Tempat persembunyian ini merupakan milik Laksamana Tadashi Maeda yang dengan senang hati untuk mengizinkan rumah miliknya digunakan sebagai saksi nyata penulisan teks proklamasi oleh Soekarno, dan diketik ulang oleh Sayuti Melik. Penculikan ini bertujuan untuk mempercepat tanggal kemerdekaan yang semula diberikan oleh Jepang pada tanggal 24 Agustus 1945 menjadi 17 Agustus 1945. 

Perkembangan zaman yang kian maju dengan didukung oleh kapabilitas dari para sumber daya manusia di masyarakat, menjadikan perjuangan untuk memberikan semangat juang dan nasionalisme bangsa kian membara melalui media digital. Hal ini bukan semata-mata sebagai wadah yang 'asal' untuk digunakan, namun seyogyanya penggunaan media digital dapat lebih dikembangkan dengan memperluas semangat juang dan nasionalisme kepada setiap generasi penerus bangsa. Kemudahan akses kepada setiap anak bangsa dalam memperoleh sejarah Indonesia, menghadirkan dampak kebutuhan 'melek sejarah' sebagai salah satu bagian penting agar para generasi bangsa dapat meneruskan setiap perjuangan para tokoh Indonesia. 

Tidak mengenal kata lelah, generasi penerus bangsa memegang tanggung jawab sebagai pemimpin bangsa untuk dapat lebih memberikan kestabilan akan politik, ekonomi, sosial, hingga nilai budaya Indonesia untuk tetap dikenal sebagai generasi yang tidak akan pantang mundur dalam melawan setiap kesengsaraan yang mengorbankan masyarakat. Sikap nasionalisme yang harus semakin ditumbuhkan baik dalam lingkungan rumah, sekolah, masyarakat, bahkan media digital pun penting dilakukan. Hal ini bertujuan guna memberikan pemahaman bahwasanya nasionalisme menjadi titik penting untuk mempertahankan kedaulatan negara Indonesia. Oleh karena itu, setiap dinamika yang terbentuk menjadikan masyarakat Indonesia dapat berpegang dengan teguh terhadap persatuan dan kesatuan sebagai satu Indonesia. 

Generasi muda di masa sekarang dengan berbagai keahliannya dapat terus mengembangkan segala kemampuan untuk tetap mengharumkan nama banga. Sebagai bentuk nyata hadirnya semangat nasionalisme di setiap masyarakat Indonesia, perlu ditekankan dengan memberikan pemahaman bahwasanya Indonesia merupakan negara heterogen dengan berbagai nilai-nilai budaya di setiap daerah. Rasa tenggang rasa dan toleransi wajib ditanamkan dalam lubuk hati masyarakat untuk tetap memegang teguh semboyan Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, dengan arti 'berbeda-beda tetapi tetap satu jua'. Hal ini bukan hanya sebagai wujud nyata hadirnya semangat nasionalisme dalam melawan segala tantangan dan rintangan yang merugikan masyarakat Indonesia. Namun hal ini juga sebagai bentuk nyata jika Indonesia menjadi negara yang kuat dalam perbedaan, namun bersatu pada satu tujuan. Karena pada dasarnya peristiwa proklamasi kemerdekaan bukan hanya menjadi peristiwa lepasnya Indonesia dari belenggu penjajahan. Namun, hal ini juga bertujuan untuk melahirkan semangat juang dan nasionalisme baru kepada setiap masyarakat dalam mempertahankan bangsa Indonesia. 

Referensi

Maeswara, G. (2010). Sejarah Revolusi Indonesia 1945-1950. Yogyakarta: NARASI.

Rahayu, W. (2019). Pembelajaran Sejarah Untuk Generasi Z. Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia, 2(1). 1-7.

Syukur, A. Identitas Kebangsaan Dalam Pendidikan Sejarah di Era Internet: Kasus Kesadaran Sejarah Generasi Z.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun