Ada satu pepatah yang mengatakan, " Tak Ada Asap, jika Tak Ada Api", pepatah lama yang mungkin sudah banyak diketahui dan dimengerti oleh banyak orang.Â
Dari pengalaman yang ada, Â banyak masyarakat yang memaknai pepatah ini memiliki arti bahwa tidak ada akibat tanpa sebab, karena asap hanya sebagai akibat saja, sedangkan yang jadi penyebab asap adalah api, Api merupakan pemantik atau penyebab adanya asap. Demikian secara sederhana ulasan pepatah tersebut.
Demikian pula yang terjadi dengan penyimpangan sikap dan perilaku para remaja, yang mengakibatkan banyak selkali kerugian sosial.
Lalu, apakah penyebab yang menjadi alasan timbulnya berbagai kenakalan remaja? Padahal mereka merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya ...
Karena telah menjadi suatu keresahan yang mendalam bagi masyarakat, maka remaja dengan segala problema yang dihadapinya seakan menjadi mimpi buruk di siang bolong.Â
Mengapa dikatakan demikian? Jawabnya singkat saja bahwa kenakalan remaja yang semula dianggap sebagai kenakalan biasa, namun kian hari kian merebak dan meresahkan tingkat kenakalan mereka.Â
Hingga akhirnya menimbulkan banyak keluhan di masyarakat yang merasa sudah sangat terganggu dan tidak nyaman dengan segala penyimpangan tingkah laku dari para remaja tersebut, seperti; tawuran dengan berbagai tingkat kekerasan, membegal, kekerasan seksual, bahkan membunuh dengan korban sebaya.
Situasi ini membuat membuat banyak pakar atau ahli sosial untuk melakukan tindakan preventif ataupun mencari penyebab, mengapa remaja melakukan kenakalan? Upaya yang dilakukan ini merupakan tindakan untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi tingginya tingkat kenakalan yang terjadi di masyarakat.
Menurut sosiolog Kartono, mengatakan bahwa faktor pemicu kenakalan remaja adalah gagalnya remaja tersebut melewati masa transisinya, yaitu dari anak kecil menjadi dewasa dan juga karena lemahnya pertahanan diri mereka terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.Â
Kegagalan mereka melewati masa transisi tersebut, menyebabkan mereka mengalami kebingungan tentang siapa diri mereka?, mereka seakan tidak lagi mengenal dirinya, mereka merasa kesal dan marah namun mereka tidak mengerti harus berbuat apa?. Kondisi ini semakin diperparah dengan keadaan keluarga, khususnya orangtua yang kurang memahami keadaan mereka.Â
Situasi orangtua yang juga mengalami kebingungan dan tidak mengerti, apa yang sesungguhnya terjadi dengan buah hati mereka yang sudah berani menujukkan bentuk-bentuk perlawanan kepada orangtua, mulai dari hal yang kecil hingga paada hal-hal besar, yang justru akhirnya menimbulkan konflik baru dalam keluarga.