Pada masa sekarang ini ditengah pandemi Covid-19 yang menyebar luas ini dan menginfeksi manusia khusunya di Indonesia ini sendiri per Rabu (03/06/20) sekitar 28.233 yang diambil dari website resmi Covid19.co.id ini,namun ditengah pandemi ini adapula penyakit endemi yang juga muncul yakni DBD ini sendiri.Â
Seperti yang kita ketahui Demam Berdarah Dengue atau lebih dikenal DBD ini sendiri adalah salah satu penyakit yang merupakan penyakit endemi yang terus terjadi negara tropis dan sub-tropis dan salah satu negara yang termaksud tinggi akan penyakit endemi DBD adalah Indonesia,dan penyebarannya ini cenderung meningkat sering berjalan dengan mobilitas dan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dinegara kita ini.
Dibeberapa provinsi ataupun kota di Indonesia memiliki tingkat pasang dan surut untuk angka kesakitan dan kematian akibat penyakit DBD tersebut. DBD ini sendiri host alaminya adalah manusia sedangkan agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke dalam keluarga Flaviridae dan genus Flavivirus.Ada dua jenis nyamuk sebagai perantara penularan virus dengue terhadap tubuh seorang manusia hingga menjadi penyakit DBD yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus,yang berdasarkan penelitian mampu menularkan virus dengue.
Jenis nyamuk dengue ini sendiri menularkan virus melalui gigitan ke dalam kulit dan biasanya yang menyerang manusia adalah nyamuk betina karena membutuhkan makanan yaitu darah untuk bisa memproduksi telur.Nyamuk ini memiliki beberapa ciri yang dapat kita kenali yakni mempunyai garis atau bercak putih melengkung diatas dasar hitam sehingga terlihat hitam –putih,
nyamuk Aedes sp ini biasanya meletakkan telur atau sebagai tempat perindukkannya  pada tempat-tempat penampungan air bersih atau genangan air hujan misalnya bak mandi,tangki penampungan air,vas bunga,kaleng bekas,ban bekas atau semua bentuk kontainer yang dapat menampung air.Adapula jenis nyamuk Aedes sp ini menggigit atau menghisap darah yaitu di pagi hari serta di sore hari sebelum menjelang gelap (pukul 09.00 – 10.00  pagi dan 16.00 – 17.00 sore ).
Penyakit DBD ini sendiri ini di NTT cukup banyak menyita perhatian dimana beberapa daerah seperti Kota Kupang, Kabupaten Sikka,Kabupaten Alor merupakan daerah yang tinggi akan kasus DBD tersebut.Untuk daerah Flores ini sendiri kabupaten yang tinggi kasus DBD ini adalah kabupaten Sikka dengan total kasus 1.216 lebih dan pasien meniggal sekitar 14 orang mulai dari bulan Januari sampai Maret 2020. Dan tercatat ada 5.125 kasus  terjangkit DBD di beberapa wilayah daerah di  NTT dan 52 kasus korban meninggal sampai bulan Mei. Â
Sehingga Kementrian Kesehatan mengklarifikasi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue di NTT dan menurunkan tim kesehatan dari Jakarta untuk membantu menangani penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sikka,selain itu membawa dengan perbekalan berupa obat-obatan untuk mendukung pekerjaan tersebut.Kabupaten Sikka ini sendiri sebagai penyumbang kasus DBD dan masalah besar dan terus terjadi setiap tahun,kontur geografis wilayah adalah wilayah dengan ketinggian > 500 m, yakni 42,91 % dari luas wilayah daratan terletak di Kota Maumere.
Sehingga dimusim kemarau daerah ini agak kesulitan mendapatkan air bersih dan untuk menyikapinya para warga menampung air tersebut pada wadah seperti ember,baskom,jerigen dan semakin banyak tempat menampung air,menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.Selain itu menurut Bupati Sikka,Fransiskus Roberto Diogo menyatakan bahwa salah satu penyebab tingginya kasus DBD di Sikka adalah itu buruknya sistem drainase di Kabupaten Sikka sendiri sehingga munculnya genangan-genangan air dan akhirnya menjadi sarang nyamuk.Dan pemda telah berencana untuk memperbaiki infrastruktur drainase selama tahun 2020 dan memfokuskan untuk masalah kesehatan dan lingkungan.
Menurut Dinkes Sikka (dinas kesehatan),dalam penangan DBD ini dilakukan penggalakan pemberantasan sarang nyamuk dengan upaya fogging di daerah perumahan selain itu mengarahkan masayarakat untuk selalu menaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan saluran air tergenang di rumah jika tersumbat,menaburkan bubuk abate ke tempat penampungan dan juga memasang kelambu  di tempat tidur,memakai obat anti nyamuk serta tidak membiasakan untuk menggantung pakaian dalam rumah yang nanti menjadi tempat istirahat nyamuk.
Selain disibukkan dengan wabah pandemi Corona ini,masyarakat juga harus waspada dengan DBD di daerah Flores ini sendiri dengan memperhatikan kebersihan lingkungan selain itu pengendalian DBD di flores ini sendiri bisa dilakukan dengan program 4M (menguras,menutup,mengubur dan memantau) yakni menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekiranya seminggu sekali,menutup rapat tempat penampungan air agar tidak dijadikan nyamuk untuk berkembangbiak dan terakhir itu adalah mengubur barang-barang bekas atau wadah yang yang dapat menampung air dan tambahan lagi adalah memantau wadah penampungan air dan bak sampah.
Oleh karena itu bersama-sama untuk menjaga kebersihan dengan adanya kasus sekarang infeksi Covid-19 dan DBD yang terjadi secara bersamaan akan menyulitkan penangannya dan penyembuhannya.