Kalau ada banyak waktu saya suka jalan- jalan dan keluar masuk ke toko- toko kelontong di daerah Bahhoffviertel atau daerah stasiun kereta pusat kota Frankfurt. Â
Di toko kelontong dan bahan makanan tersebut, akan saya dapatkan bahan makanan yang bagi orang Jerman eksotis dan tidak akan ditemui di supermarket biasa, misalnya pare, ubi kayu, papaya muda, dan masih banyak lagi.
Di toko kelontongnya orang India, Pakistan dan Afganistan selain beras basmati dijual juga buah dan sayuran Indonesia, misalnya pare, pepaya muda, sukun, kacang panjang, mangga, cabai, Â ubi kayu, ubi jalar dan tales.
Ketiga negara ini memiliki kemiripan bahan makanan. Di toko- toko tertentu dijual juga makanan- makanan kecil khas ketiga negri ini yaitu Samosa.Â
Samosa suatu makanan mirip pastel dengan isi ayam atau kentang. Saya suka membeli samosa hangat di tokonya orang Pakistan, India, atau Afganistan ini.
Toko kelontongnya orang Afrika, menjual bahan makanan mereka dan ada beberapa kemiripan dengan makanan kita, beras dan ubi- ubian juga cabai. Yang mencolok dan tidak dimiliki toko kelontong lain adalah perawatan rambut dan kosmetiknya orang Afrika.
Sedangkan toko kelontongnya orang Vietnam, mirip toko di Indonesia. Mereka menjual dari minyak gosok cap macan, beras tahu dan saat ini tempe pun dijual di toko ini, juga kangkung dan pak coi.
Toko kelontongnya orang Turki, wah ini saya kira toko kelontong paling  banyak dijumpai di Jerman. Â
Di tokonya orang Turki ini, segala macam sayuran dan buah-buahan ada, kadang jenisnya lebih beragam dari supermarket.
Di toko kelontongnya orang Turki ini, saya temukan Supermi Indonesia buatan Serbia. Wow  bangga juga menemukan produk Indonesia di tokonya orang Turki. Wah ternyata Supermi digemari juga oleh orang-orang Turki sampai Serbia.