Masa pra aksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Banyak peninggalan dari masa pra aksara di masa sekarang dari berbagai aspek sebagai contoh dalam aspek budaya dan kepercayaan. Â Pada masa praaksara manusia memiliki kebebasan dalam menganut kepercayaan, tidak ada peraturan baik secara tertulis atau tidak tertulis dengan adanya kepercayaan ini. Secara umum apa yang terjadi di masa lalu memiliki dampak dengan apa yang terjadi pada masa sekarang. Â
Pada masa praaksara manusia belum menyembah Tuhan atau menganut agama yang orang-orang anut sekarang namun mereka menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan totemisme. Kepercayaan yang mereka anut ini sangat berbeda dengan kepercayaan atau agama yang kita anut sekarang. Kepercayaan-kepercayaan ini muncul pada masa bercocok tanam. Kepercayaan animisme adalah kepercayaan mereka, manusia praaksara terhadap arwah nenek moyang untuk memohon atau meminta sesuatu seperti perlindungan, kesehatan dan lain-lain. Kepercayaan dinamisme adalah kepercayaan manusia pra aksara terhadap benda-benda yang dipercaya memiliki kekuatan magis. Kepercayaan totemisme adalah kepercayaan manusia purba dengan tumbuhan atau hewan tertentu yang dipercaya memiliki kekuatan magis untuk mengutuk atau memberikan keselamatan bagi orang-orang yang percaya kepadanya.
Secara lebih detail, pada masa paleolitikum manusia purba memiliki kepercayaan animisme, dinamisme dan totemisme, namun kepercayaan ini masih berada di tahap awal (Nita, 2022) atau banyak orang yang belum percaya dengan kepercayaan ini karena manusia di masa paleolitikum masih lebih fokus untuk bertahan hidup dan berburu (Soekmono, 1973). Pada masa mesolitikum kepercayaan animisme dan dinamisme berkembang, banyak orang yang mulai mempercayai kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan mereka dalam mempercayai roh-roh didasari atas keinginan mereka untuk hidup sejahtera atau mudah (Nita, 2022). Masa neolitikum merupakan masa dimana kepercayaan animisme dan dinamisme makin berkembang, namun seiring berkembangnya masa, pada masa ini manusia berfokus kepada mata pencaharian baru mereka yaitu bercocok tanam (Nita, 2022) yang menjadi sumber makanan mereka untuk bertahan hidup.Â
Hal ini muncul dikarenakan kekhawatiran manusia akan habisnya hewan-hewan jika mereka terus memburu mereka. Kepercayaan mereka yang berkembang seiring berkembangnya masa membuat mereka, manusia purba untuk melakukan upacara-upacara bagi seseorang yang sudah meninggal. Tempat-tempat yang digunakan sebagai tempat penguburan dianggap sebagai tempat tinggal nenek moyang. Mayat dikubur dengan dibekali perhiasan dan periuk. Tujuan dari upacara ini adalah manuasia pada praaksara percaya bahwa nenek moyang dapat memberikan kesejahteraan bagi yang hidup, memberikan kesuburan tanah atau memberikan kesuburan kepada tanaman yang mereka tanam dan agar hewan ternak dapat berkembang dan bertumbuh dengan baik. Pada masa megalitikum manusia praaksara berkembang lebih lagi. Pada masa megalitikum kepercayaan dititik beratkan kepada pemujaa roh nenek moyang yang disimboliskan dalam wujud bangunan pemujaan, seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, arca batu dan punden berundak-undak, bangunan-bangunan itu juga lah yang menjadi bukti bahwa adanya . Hal ini terjadi dikarenakan manusia yang semakin bepikir tentang cara mencegah kekhawatiran mereka terjadi dan berkeinginan untuk memiliki kehidupan yang sejahtera.Â
Hal ini karena mereka tidak puas karena ketamakan, manusia enggan puas dengan apa yang sudah mereka miliki atau yang sudah terjadi di hidup mereka. Masa setelah megalitikum adalah masa perunggu. Pada masa perunggu ini kepercayaan sebelumnya animisme dan dinamisme sudah tidak menjadi fokus mereka lagi karena pada masa perunggu manusia sudah mengenal adanya pekerjaan-pekerjaan dasar dan pembagian pekerjaan. Bisa disimpulkan bahwa kepercayaan dari masa ke masa tersebut tidak tepat bagi pandangan kristen karena Firman Tuhan tidak menghendaki manusia untuk menyembah roh nenek moyang atau 'berhala' seperti yang tertulis pada 10 perintah Allah pada Keluaran 20:1-17, bisa dilihat bahwa manusia telah menyalah gunakan kehendak bebas mereka. Sampai akhirnya kepercayaan berkembang dengan pesat di masa sekarang, dimana kita memiliki 6 agama yang diresmikan di Indonesia yaitu Buddha, Hindu, Islam, Kristen, Katolik dan Konghucu.Â
Pada masa sekarang di Indonesia sudah ada undang-undang atau dasar yang mengatur tentang kebebasan beragama, seperti pada pembukaan UUD alinea ke-3 dan ke-4. Pemerintah menjamin setiap Warga Negara Indonesia untuk memiliki hak dalam kebebasan beragama atau memilih agama yang mereka percaya, seperti pada UUD 1945 Pasal 29 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan bahwa negara menjamin setiap penduduk Indonesia untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Â Walaupun rakyat Indonesia memiliki hak untuk memilih kepercayaan atau agamanya sendiri, sebuah pelangganjika rakyat Indonesia menganut kepercayaan atau agama diluar agama yang sudah diresmikan oleh pemerintah.
Manusia mengalami perkembangan dari masa ke masa dalam aspek kepercayaan, yang awalnya tidak mempercayai apapun hingga akhirnya di masa sekarang sudah ada kebijakan yang menjadi dasar dalam bekepercayaan. Kita bisa melihat bahwa ada peran Roh Kudus yang menggerakkan hati manusia untuk berjalan di jalan yang benar yaitu bersama Tuhan, ini juga bisa disebut dengan transformasi rohani. Dengan transformasi rohani manusia menjadi lebih bermoral dan lebih percaya dengan keberadaan Tuhan. Transformasi rohani dapat muncul jika berkomitmen dengan sungguh-sungguh, membaca Firman Tuhan, berdoa dan hal-hal sederhana lainnya. Indonesia memiliki beragam kepercayaan atau agama, jadi kita harus mengupayakan untuk menciptakan sebuah trilogi kerukunan umat beragama dari antara umat di dalam agama yang sama, agama antar agama dan agama dengan pemerintah. Kita dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dengan adanya trilogi kerukunan. Banyak yang dapat dirasakan jika trilogi kerukunan tercipta saling toleransi, saling belajar, tidak ada pertentangan yang akan terjadi, bisa saling mengingatkan dan menghargai.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Ridwan. "KEPERCAYAAN ANIMISME DAN DINAMISME DALAM MASYARAKAT ISLAM ACEH." MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, vol. 36, no. 2, 2 Dec. 2012, 10.30821/miqot.v36i2.119. Accessed 28 Feb. 2020.
itsrur. "Seven Deadly Sins, Tantangan Generasi Muda Indonesia Di Era Digital." ITS News, 3 Apr. 2020.
Mandala, Eka. "Kehidupan Sosial Budaya Dan Kepercayaan Zaman Batu Muda." Pinhome, 8 Sept. 2014.