Mohon tunggu...
Theresia Gultom NIM 121202064
Theresia Gultom NIM 121202064 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Theresia Gultom 121202064 Mahasiswa Universitas Dian Nusantara Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo Daito, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Memory - Enchancing Techniques for Investigative Interviewing: The Cognitive Interview Fishe, Geiselman 1992

2 Juli 2024   16:05 Diperbarui: 2 Juli 2024   17:24 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Integrasi teknologi ke dalam wawancara investigatif menjanjikan peningkatan lebih lanjut pada Wawancara Kognitif. Teknologi realitas virtual (VR) dan realitas tertambah (AR), misalnya, dapat digunakan untuk menciptakan ulang tempat kejadian dan lingkungan, memberikan konteks yang lebih imersif untuk pengingatan memori. Selain itu, kemajuan dalam kecerdasan buatan (AI) dapat membantu pewawancara dalam menganalisis pola dalam pernyataan saksi dan mengidentifikasi ketidakkonsistenan atau area yang memerlukan eksplorasi lebih lanjut.

Penelitian dan Penyempurnaan Berkelanjutan

Penelitian yang berkelanjutan sangat penting untuk menyempurnakan dan meningkatkan Wawancara Kognitif. Studi yang meneliti efektivitas CI dalam populasi yang beragam, berbagai jenis kejahatan, dan berbagai tingkat keahlian pewawancara dapat memberikan wawasan berharga tentang bagaimana teknik ini dapat dioptimalkan. Selain itu, penelitian tentang mekanisme neurokognitif yang mendasari pengambilan memori dapat menginformasikan pengembangan strategi baru untuk meningkatkan pengingatan.

Pelatihan dan Standarisasi

Upaya untuk menstandarisasi pelatihan dan sertifikasi Wawancara Kognitif dapat membantu memastikan bahwa pewawancara di berbagai lembaga dan organisasi mempertahankan tingkat kemahiran yang tinggi dalam teknik ini. Menetapkan praktik terbaik dan pedoman untuk pelaksanaan CI dapat berkontribusi pada penggunaan yang konsisten dan efektif dari metode peningkatan memori ini.

Kesimpulan

Wawancara Kognitif, yang dikembangkan oleh Ronald P. Fisher dan R. Edward Geiselman pada tahun 1992, telah memberikan kontribusi signifikan terhadap teknik wawancara investigatif. Dengan menerapkan prinsip-prinsip psikologi kognitif, teknik ini bertujuan untuk meningkatkan akurasi dan kelengkapan informasi yang diperoleh dari saksi dan korban, yang sering kali menjadi tulang punggung dalam proses investigasi. Metode ini berhasil memanfaatkan cara kerja memori manusia untuk memaksimalkan pengambilan informasi yang relevan dan mengurangi risiko distorsi atau kontaminasi memori yang mungkin disebabkan oleh metode wawancara tradisional.

Manfaat utama dari Wawancara Kognitif meliputi peningkatan jumlah informasi akurat yang diingat oleh narasumber, pengurangan pengaruh sugestibilitas dari pewawancara, dan peningkatan kemampuan untuk mengingat detail yang lebih rinci. Teknik ini sangat penting dalam konteks penegakan hukum, di mana akurasi dan kelengkapan informasi bisa berdampak besar pada hasil kasus. Namun, keberhasilan pelaksanaan Wawancara Kognitif sangat bergantung pada kualitas pelatihan yang diterima oleh pewawancara dan kerjasama dari narasumber.

Meski Wawancara Kognitif memiliki banyak keunggulan, tantangan seperti kebutuhan akan pelatihan intensif dan variabilitas dalam respons narasumber tetap ada. Selain itu, penting untuk selalu mengingat bahwa memori manusia memiliki keterbatasan dan rentan terhadap berbagai bentuk distorsi. Oleh karena itu, meskipun CI meningkatkan kualitas informasi yang diperoleh, penguatan dengan bukti tambahan tetap esensial.

Ke depan, integrasi teknologi seperti realitas virtual dan kecerdasan buatan dapat memperkaya metode ini, memberikan konteks yang lebih imersif dan analisis yang lebih mendalam. Penelitian yang berkelanjutan dan upaya untuk menstandarisasi pelatihan CI akan memastikan bahwa teknik ini terus berkembang dan memberikan kontribusi besar dalam berbagai bidang, termasuk penegakan hukum, psikologi klinis, dan intelijen. Dengan demikian, Wawancara Kognitif akan terus menjadi alat yang berharga dalam upaya untuk mengungkap kebenaran dengan lebih akurat dan andal.

Artikel ini disusun berdasarkan berbagai penelitian dan literatur tentang Wawancara Kognitif, yang dikembangkan oleh Ronald P. Fisher dan R. Edward Geiselman. Sumber utama artikel ini adalah buku seminal mereka:

  1. Fisher, R. P., & Geiselman, R. E. (1992). Memory-Enhancing Techniques for Investigative Interviewing: The Cognitive Interview. Springfield, IL: Charles C. Thomas
  2. Memon, A., Meissner, C. A., & Fraser, J. (2010). "The cognitive interview: A meta-analytic review and study space analysis of the past 25 years." Psychology, Public Policy, and Law, 16(4), 340-372.
  3. Khnken, G., Milne, R., Memon, A., & Bull, R. (1999). "The cognitive interview: A meta-analysis." Psychology, Crime & Law, 5(1-2), 3-27.
  4. Holliday, R. E. (2003). "Reducing misinformation effects in children with cognitive interviews: Dissociating recollection and familiarity." Child Development, 74(3), 728-751.
  5. Milne, R., & Bull, R. (2003). "Does the cognitive interview help children to resist the effects of suggestive questioning?" Legal and Criminological Psychology, 8(1), 21-38.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun