Theresia Chalia A. K. - Unika Soegijapranata
Tahun telah berganti. Banyak hal yang tidak diinginkan terjadi pada tahun 2020 sebagian besar orang di dunia. Seperti banyak perubahan dalam menjalankan suatu kegiatan, contohnya dalam bersekolah, bekerja, bersosialisasi dan masih banyak lainnya. Belum lagi rencana-rencana yang harus tertunda karena keterbatasan-keterbatasan yang mewajibkan kita untuk lebih menyayangi nyawa kita. Karena apalagi jika bukan karena virus Corona. Wabah penyakit Covid-19 yang mematikan, sungguh menjadi musuh yang tidak terlihat bagi semua manusia di dunia. Namun harapan untuk hidup normal seperti sebelum adanya Covid-19 di tahun 2021 ini, sepertinya masih belum pasti. Isu Covid-19 gelombang kedua dan Vaksin Covid-19 untuk Indonesia, nyatanya juga masih belum ada kejelasan hingga saat ini.
Adanya berita gelombang kedua Covid-19 yang telah terjadi di berbagai negara sejak akhir tahun 2020, tentu membuat kewaspadaan orang-orang meningkat. Disebut gelombang kedua, artinya adanya kenaikan kasus positif Covid yang kembali memuncak setelah terjadi penurunan kasus selama beberapa waktu dalam suatu wilayah."Di banyak belahan dunia saat ini, kasus Covid-19 menurun, dan di saat bersamaan, ada yang mengalami lonjakan bahkan muncul fenomena second wave (gelombang kedua)," kata Juru Bicara dan Koordinator Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito dalam konferensi pers pada Kamis, 12 November 2020. Menurut Wiku, yang memicu gelombang kedua Covid-19 terjadi adalah mulai dari kendornya perilaku menjalankan protokol kesehatan hingga kasus impor. Selain itu, menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Penyakit Menular WHO Regional Asia Tenggara, menyampaikan bahwa faktor lain penyebab terjadinya gelombang kedua Covid-19 ini adalah karena kelelahan dalam menghadapi gelombang pertama Covid-19, sehingga protokol kesehatan tidak dilanjutkan atau tidak seketat gelombang pertama.
Pada Indonesia gelombang kedua Covid-19 belum terjadi menurut pernyataan Prof. Tjandra Yoga Aditama. Dan diharapkan jangan sampai terjadi pada Indonesia. Negara kita sendiri masih berada dalam gelombang pertama karena terus bertambahnya kasus terkonfirmasi positif sejak di umumkannya Covid-19 pertama kali oleh Presiden Jokowi. Kasus yang belum bisa terkendalikan membuat Indonesia belum bisa menentukan puncak Covid-19-nya sendiri. Menurut Pakar Kesehatan masyarakat, Hermawan Saputra, penduduk Indonesia sangat besar dan sebarannya luas, namun kapasitas testing Indonesia masih sangat lemah, karena itulah gelombang kedua di Indonesia sulit diprediksi. Hermawan juga mengatakan, bahwa gelombang pertama suatu wabah baru dinyatakan terlewati apabila kasus sudah terkendali dalam minimal 14 hari, dan menunjukan perlambatan secara signifikan.
Namun Indonesia juga memiliki potensi terjadinya gelombang kedua Covid-19 yang lebih parah atau setidaknya sulit diprediksi, kata Prof. Tjandra Yoga Aditama. Hal ini dapat terjadi apabila Indonesia lengah akan adanya kasus impor, serta mengingat penurunan penerapan protokol kesehatan di Indonesia masih lemah pula. Menurut Hermawan, merupakan hal penting melakukan screening surveillance dengan melibatkan ahli kesehatan masyarakat dan ahli epidemiologi atau ahli-ahli pada kasus wabah bersifat pandemi, untuk memastikan orang yang keluar masuk Indonesia ini betul-betul steril dari virus Corona. Karena menurutnya, hanya mengandalkan thermal scanner dinilai sangat kurang efektif dalam mendeteksi virus Corona. Screening Test sendiri adalah penerapan serangkaian tes atau prosedur yang dilakukan untuk mendeteksi potensi gangguan kesehatan atau penyakit tertentu pada seseorang. Dan surveillance adalah pengawasan berkelanjutan atau pengamatan menyeluruh. Maka dari itu, penerapan screening pada pintu masuk Indonesia wajib dilakukan pada para Warga Negara Indonesia yang hendak pulang, seperti jemaat Umroh ataupun untuk orang-orang yang memiliki kepentingan bisnis, professional, atau mungkin suatu kewajiban untuk pulang ke Indonesia atau pergi dari Indonesia, harus diwajibkan dengan persyaratan ketat, misalnya dengan surat pemeriksaan bebas Covid-19.Â
Semua ini pun juga tergantung pada vaksin dan obat. Jika vaksin dan obat telah ditemukan dan telah resmi dapat digunakan di Indonesia, maka kemungkinan potensi gelombang kedua yang lebih parah akan lebih sedikit dibanding sebelum ada vaksin dan obat. Tetapi saat ini, vaksin dan obat Covid-19 yang katanya telah tiba di Indonesia menjadi simpang siur. Kurangnya kejelasan dari pihak terkait yang berwenang juga membuat disinformasi dan misinformasi. Malah isu berita-berita tidak benar atau hoax tersebut cepat menyebar sehingga membuat sebagian masyarakat resah dan panik akibat terdoktrin isu-isu tersebut. Hal semacam ini juga harus dipikirkan.
Maka dari itu, upaya yang dapat kita lakukan untuk tetap waspada dan berjaga-jaga akan tantangan Covid-19 adalah dengan tetap tenang dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan, verifikasi untuk info yang bisa dipertanggungjawabkan dari sumber yang lebih berkualitas dan terpercaya, dapat menunjang kesadaran kita sebagai masyarakat yang berpikir kritis. Selain itu, tetap berperilaku disiplin 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak) sebagai prioritas yang pertama dan utama. Pemerintah pun juga sebaiknya dituntut untuk berupaya lebih baik lagi dalam memperkuat 3T (Tracing, Testing, Treatment). Hal tersebut sudah bukan himbauan lagi, terutama untuk 3M yang sudah menjadi suatu kewajiban bersama kita untuk melawan Covid-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H