Mohon tunggu...
Theresia Chalia Ardiany Kumara
Theresia Chalia Ardiany Kumara Mohon Tunggu... Lainnya - panggilnya cacaaa

Mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Illegal Race", Trend Kalangan Muda yang Berisiko

6 Januari 2021   15:34 Diperbarui: 6 Januari 2021   16:09 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belakangan ini kebanyakan para remaja memiliki kesenangan atau hobi yang menjadi sebuah trend dalam kalangan tertentu dan sudah terjadi di berbagai daerah. Namun kesenangan atau hobi ini tidak banyak memberikan sisi positif bagi orang lain dan bahkan pada pelaku hobi itu sendiri. Kegiatan tersebut terkenal dengan sebutan balap liar atau illegal race. Dikatakan 'liar' atau 'ilegal', dikarenakan lomba balap yang dilakukan oleh kendaraan bermotor tersebut biasanya digelar di sebuah jalan raya tanpa izin dari pihak yang berwenang.  Selain itu, ketika mendengar atau membaca kata-kata  'liar' atau 'ilegal', seringnya sudah identik dengan asumsi buruk bagi sebagian orang, terutama bagi seseorang yang memang bukan penggemarnya.  Namun, sebenarnya asumsi buruk itu pun juga turut memberikan bukti nyata bilamana memang balap liar ini banyak menimbulkan pengaruh negatif, terutama bagi para pemuda penerus bangsa.

Kegiatan ini juga menjadi sebuah ajang gengsi suatu kelompok. Dalam sebuah hasil wawancara dengan seorang mantan Joki motor yang diwawancarai ini, balap liar yang dilakukan mengatasnamakan sebuah bengkel atau identitas suatu kelompok si Joki. Jika menang pada arena balap, dipastikan nama bengkel atau kelompok yang bertaruh, serta pendukungnya akan terdongkrak popularitasnya di kalangan pecinta otomotif. (bangsaonline.com)

Para pehobi balap liar ini menyebut bahwa hobi mereka merupakan 'hobi mahal' , namun jika dipikir-pikir, resiko yang diambil tetap tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan. Apakah nyawa tetap ada harganya jika sudah terjadi hal-hal yang mencelakakan?

Tidak ada jaminan yang dapat dipertanggungjawabkan ketika terjadi sesuatu dengan kendaraan maupun pengendaranya. Terlebih kebanyakan mereka juga mengubah standar motor dengan mengganti, mengurangi, atau menambahkan komponen-komponen motor atau suku cadang (spare part) motor sesuai dengan keinginan dan tujuan mereka. Kebanyakan pengubahan standar motor ini bertujuan agar kendaraan tersebut dapat melaju lebih kencang sehingga kendaraan tersebut dapat memenangkan perlombaan. Padahal harga suku cadang atau spare part kendaraan bermotor bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Belum lagi apabila terjadi laka yang mengharuskan adanya ganti rugi. Itulah yang membuat hobi ini disebut dengan sebutan 'hobi mahal' bagi para pecintanya.

Di samping menjadi hobi atau kesenangan, serta ajang gengsi, balap liar ini pun menjadi ajang mencari keuntungan. Keuntungan didapat dengan cara melakukan taruhan antar 2 pihak yang bertanding dan telah disepakati sebelumnya. Hal tersebut bisa juga dikatakan sebagai tindakan perjudian. Wujud dan jumlah taruhannya pun berbeda-beda, ada yang berupa  kendaraan atau benda apapun yang berharga, dan juga uang  puluhan ribu atau ratusan ribu, hingga puluhan juta rupiah, semuanya beragam, tergantung siapa, dimana, dan kesepakatan kedua pihak untuk sebesar apa balap yang nantinya akan dilakukan.

Sebelum pertandingan digelar, juga ada beberapa hal menarik yang dilakukan para pelaku balap liar ini. Awalnya dilakukan peminangan atau lamaran pada pihak yang akan diajak bertanding. Setelah itu, menentukan motor atau kendaraan apa yang akan dipertandingkan, pengecekan mesin juga dilakukan, seperti kapasitas mesin, berapa cc, dan onderdil original pabrik atau buatan sendiri yang digunakan. Kemudian baru menentukan tempat, hari, dan taruhannya. Jika taruhan dalam balap tersebut cukup besar, biasanya kedua belah pihak menyepakati uang keamanan untuk polisi patrol, agar tidak diobrak. Uang tersebut sejenis uang sogok untuk pihak polisi. (bangsaonline.com)

Mantan Joki selama 3 tahun asal Surabaya yang bernama Rosta, yang diwawancarai seputar dunia balap liar ini, sempat menegaskan bahwa balap-balap liar tidak akan terjadi apabila pemerintah mau memfasilitasi mereka dalam menunjukkan kemampuan mereka di dunia balap tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa sebenarnya mereka juga akan taat pada aturan jika memang sudah disediakan. Namun kenyataanya sekarang, terfasilitasi atau tidaknya suatu kegiatan sebaiknya tetap memberikan suatu kepositifan bagi pelaku dan orang lain pula. Bagi orang lain yang bukan pecinta hobi ini pasti sangat dirugikan. Baik dari pengguna lain jalanan tersebut maupun masyarakat sekitar. Kendaraan yang melaju kencang dan suara knalpot yang begitu nyaring sangat meresahkan bagi orang yang terkena dampaknya.

Berdampingan dengan hal-hal di atas, akibat jika terjadi kecelakaan dalam suatu pertandingan balap ini pasti berdampak pada pengendara atau penonton yang berada di tempat, atau bahkan bisa berdampak juga pada orang yang tidak tahu menahu dan tidak berhubungan dengan balap liar yang sedang terjadi, pasti sangat merugikan walaupun nantinya akan ada ganti rugi yang ditawarkan. Tapi bagaimana apabila yang terjadi membuat jatuhnya korban jiwa atau kecacatan fisik? Apakah ada pihak yang akan bertanggungjawab dan akan menanggung semuanya? Atau jalan terakhir diselesaikan secara hukum dan pihak pelaku harus mendekam di sel tahanan? Apakah mereka selalu memikirkan resiko-resiko besar yang dapat terjadi dan merugikan satu sama lain tersebut?   

Namun, memang tidak bisa dipungkiri pula bahwa suatu hal yang dilakukan pasti memiliki sisi positif dan negatif, manfaat dan resiko. Tapi hal tersebut dapat dipertimbangkan sesuai bagaimana kita memilihnya dan apa dampak yang akan kita dan orang lain terima ketika kita menjalankan kegiatan tersebut. Sebelum dan saat akan melakukannya, seharusnya lebih baik untuk kita bisa lebih peka dan berpikir panjang karena menyangkut kepentingan kita dan orang lain. Dalam hal ini, pemerintah juga sebaiknya lebih tegas dan mencoba untuk memfasilitasi para penggemar balap tesebut, agar nantinya mungkin dapat memperkecil resiko yang merugikan masyarakat.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun