Hari pertama tahun baru, linimasa akun twitter saya mendadak ricuh membicarakan tagar #Misi21. Tidak butuh waktu lama untuk cari tahu, semua itu mengenai apa. Adalah Rene CC, sang career coach yang mulai menebarkan benih kreativitas ini. Dan dalam sekejap lebih dari 300 orang ikut serta menuai tantangan yang bersangkutan.
Apa itu #Misi21? Ia adalah sebuah tantangan bagi diri sendiri untuk melakukan satu hal baru setiap harinya sampai genap 21 hari. Hal yang dilakukan adalah hal yang sama sekali belum pernah dilakukan sebelumnya. Syaratnya cuma satu, harus kontinu. Begitu kita alpa melewatkan satu hari, maka kita harus mengulangi dari awal lagi. Menarik? Sangat! Mudah? Tunggu dulu!
Bangsa kita adalah bangsa dengan potensi besar untuk maju. Kita memiliki kemampuan untuk berkembang lebih dari yang diperhitungkan negara-negara besar di dunia. Sayangnya, terlalu banyak penyakit yang diidapnya. Saya tak akan mulai menyebutkan korupsi, kolusi, dan kawan-kawannya. Terlalu banal untuk dibahas! mari kita melihat ke hal yang jauh lebih sederhana: bangsa kita terlalu lama terbuai menikmati hal-hal instan.
Seperti apa gaya hidup instan yang teradaptasi di kota-kota besar hingga wilayah urban? Mari kita sebutkan bersama berbagai merek barang-barang konsumtif instan. Mi instan. Minuman ringan racik instan. Makanan olahan langsung lahap. Hasrat mengecilkan perut dan menurunkan berat badan dalam waktu, katakanlah, tujuh hari. Saya bahkan kebetulan tahu bahwa banyak sinetron dibuat dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Industri kita mengejar jumlah produksi, bukan mutunya. Oleh karenanya, konsumen pun mulai terlatih untuk tidak terlalu rewel dengan masalah mutu.
Tapi, kita lupa satu hal. Kita menjadi terlalu nyaman dengan gaya hidup instan. Kita ingin menjadi penyanyi hebat melalui jalur kilat: kontes bakat. Saya percaya, tingkat keberhasilan proses yang dipercepat seperti ini sangat-sangat rendah. Kita bisa lihat berapa, dari juara kontes bakat itu yang bertahan di dunia hiburan. Kita bisa bandingkan ketahanan mereka yang memang berjuang sendiri dari bawah.
Kita lupa pada indahnya proses. Kita enggan keluar dari lingkaran kenyamanan. Kita tak hendak mencoba cara baru melakukan yang sama, atau bahkan melakukan hal baru.
Inilah inti dari program yang dicetuskan Rene CC. #Misi21. Selama 21 hari kita bangunkan diri kita dengan terus menerus mencoba hal-hal baru. Ada sekian milyar manusia di dunia, apakah mungkin kita hanya bertemu orang yang itu-itu saja. Ada jutaan jenis makanan di dunia, mengapa bertahan makan tahu tempe saja setahunan. Ada ribuan tempat yang bisa dikunjungi di Jakarta saja, kenapa kita melulu cuma nongkrong disatu tempat itu.
Keluarlah! Temui orang-orang asing dan ucapkan halo pada mereka. Tersenyumlah! Kalau mereka tidak tertulari antusiasme anda, maka setidaknya ada satu orang bahagia yang bertahan. Cobalah makanan baru. Tak mesti mahal, mungkin anda ingin mencoba cara mengolah tempe yang baru? Atau mengkombinasi tempe dengan telur rebus? Apapun itu, kalau masih bisa anda bayangkan kesenangan melakukannya, maka hal itu pantas untuk anda lakukan. Satu-satunya batasan yang harus anda berikan bagi diri anda adalah jangan sampai apa yang anda lakukan merugikan orang lain. (Ya, aku tahu itu perkataan Warren Buffet, tapi aku mengutipnya secara bebas, jadi tidak enak menyertakan namanya yang besar itu)
Tantangan hari pertama saya apa? Ya. Sebagian dari anda benar dan sebagian lagi terlalu malas untuk menebak. Menulis artikel ini adalah hal baru bagi saya. Bukan menulisnya, tetapi menulis di kompasiana. If I don't think I'm good enough to write right here right now, I might never find the courage to do so.
Anda akan ingin terus menyaksikan perkembangan #Misi21 ini. Percayalah, ini sangat-sangat-sangat menarik. Sampai jumpa besok!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H