Mohon tunggu...
Ferry_Darmin
Ferry_Darmin Mohon Tunggu... Lainnya - Fakultas Teologi, Program Studi Filsafat Keilahian, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Tidak Semua Hal Harus Dikatakan tetapi Harus Dimengerti

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan di Awal Desember

3 Desember 2024   15:50 Diperbarui: 3 Desember 2024   15:54 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: pedesaan dan musim hujan (Sumber: Edit foto pribadi)

HUJAN DI AWAL DESEMBER
Riung, 01/12/2024 11:25 WITA

Hujan turun di awal Desember,
seperti bisik rindu dari langit,
jatuh perlahan di wajah bumi,
menyentuh dengan kelembutan yang tak terganti

Ia turun perlahan,
Seperti bisikan lembut dari langit yang bersabar.
Ia membawa cerita, tak terhitung jumlahnya,
Mengalir di sela angin, menghapus luka dunia.

Di antara daun yang bergetar,
dan tanah yang mereguk basah,
ada cerita yang tak pernah selesai,
tentang hati yang memanggil,
dan jiwa yang menemukan rumah.

Tetesannya melukis kenangan di kaca jendela,
Rindu yang lama tertidur, kini terjaga.
Di bawah derasnya, bumi merangkul dingin,
Seakan berkata: "Segalanya bisa dimulai lagi."

Awan-awan kelabu adalah surat cinta,
dikirim dengan angin yang penuh rahasia,
diiringi irama rintik,
seperti simfoni kenangan yang abadi.

Aroma tanah basah menyeruak dalam jiwa,
Menggugah mimpi-mimpi yang sempat sirna.
Seperti sehelai surat dari waktu yang lampau,
Menyapa lembut hati yang pernah rapuh.

Kuhirup aroma tanah yang basah,
seperti membaca puisi tanpa kata,
dan kurasakan hadirmu,
menyelimuti dunia yang gemetar dalam dingin.

Ku sadar ..
Hujan ini bukan sekadar air dari awan,
Ia adalah melodi dari harapan yang tertahan.
Tuk sekedar mengingatkan, meski langit muram,
Selalu ada pelangi menanti di ujung kelam.

Maka biarkan hujan ini menyapu resah,
Menghapus jejak-jejak luka yang parah.
Di awal Desember, mari berdansa dengan hujan,
Sebab setiap tetesnya adalah cinta yang Tuhan kirimkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun