Mohon tunggu...
Ferry_Darmin
Ferry_Darmin Mohon Tunggu... Lainnya - Fakultas Teologi, Program Studi Filsafat Keilahian, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Tidak Semua Hal Harus Dikatakan tetapi Harus Dimengerti

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Sekolah Lintas Iman (SLI): Dialog dalam Aksi

1 November 2024   11:19 Diperbarui: 2 November 2024   06:51 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sekolah Lintas Iman (SLI) menjadi sebuah wadah yang menampung anggota-anggota dengan berbagai perbedaan.  Para anggota dan fasilitator berasal dari latar belakang budaya dan keyakinan yang berbeda. Namun, memiliki kesamaan untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian.

 Perjumpaan yang terjadi dalam sekolah Lintas Iman dapat dimengerti sebagai suatu pertemuan antar individu atau kelompok yang berbeda keyakinan. Pertemuan ini dimediasi oleh fasilitator merupakan dosen dari beberapa universitas di Yogyakarta.

Dalam Sekolah Lintas Iman, para anggota diajak untuk saling berinteraksi, bertukar pikiran, saling mendengarkan, berdiskusi, berdialog, berbagi, menerima dan saling mempengaruhi. Hal ini bertujuan untuk membangun hubungan-hubungan sosial yang akrab, khususnya yang menyangkut relasi antaragama. Perjumpaan dalam Sekolah Lintas Iman (SLI) semacam ini merupakan sebuah proses sosial yang secara sengaja dibentuk untuk merespons realitas sosial yang terjadi di Indonesia. 

Realitas yang ada ialah masih banyak kasus perselisihan antar agama. Banyak orang yang menganggap bahwa perbedaan adalah musuh suatu bangsa dan harus dimusnahkan. Di dalam hati ada prasangka yang begitu kuat bahwa keyakinan saya lebih benar diluar itu adalah sesat.

Pandangan ini menjadi beda ketika saya masuk dalam Sekolah Lintas Iman. Perbedaan sebetulnya merupakan suatu berkah bukan kutukan. Suatu hal yang menjadi fakta sosial yang harus ditemui dalam kehidupan manusia. Manusia tidak bisa memaksakan diri untuk menghilangkan perbedaan dengan menciptakan suatu konflik. Perbedaan menjadi suatu eksistensi dalam bangsa Indonesia. Manusia hanya mencari suatu jalan bagaimana caranya membangun suatu dialog.

Sekolah Lintas Iman (SLI) menjadi suatu instrument untuk melatih saya membangun suatu dialog dengan para saudara dan saudari yang berbeda. Hadirnya para fasilitator yang bidangnya memumpuni untuk membangun dialog membantu saya agar semakin berkembang, khususnya ilmu pengetahuan seputar dialog dalam perbedaan.

 Salah satu bentuk dukungan yang diberikan oleh Sekolah Lintas Iman adalah memberi kesempatan saya belajar dari tempat yang menjadi sumber langsung. Sehingga dialog menjadi lebih kontekstual tidak mengawang-awang. 

Hal ini terlihat dari Sekolah Lintas Iman (SLI) memberikan saya suatu kesempatan untuk berkunjung ke berbagai tempat seperti, Pura Jagatnhata Banguntopo, Universitas Kristen Dutawacana, Gereja Kristen Jawa Gondokesuman, Pesantren Kaliopak, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. 

Kunjungan ini menjadi salah satu bentuk dalam menjalin persaudaraan dalam perbedaan. Adanya perbedaan sekaligus membenarkan adanya fakta bahwa setiap manusia memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan keyakinannya. Ekspresi ini tentu saja berdasarkan apa yang dipahami oleh setiap orang. Apa yang diyakini menjadi dasar dari apa yang diimani. 

Saya secara pribadi merasa bahwa perjumpaan dalam perbedaan menjadi suatu hal yang sangat penting. Dalam perbedaan saya dituntut untuk mampu menerima perbedaan, menghargai apa yang dipercayakan oleh orang lain, bersedia untuk bersikap adil terhadap sesama.  Hal ini bertujuan agar terciptanya suatu kerukunan dan perdamaian.

Pada prinsipnya adalah kesediaan membuka diri untuk berdialog sebagai prinsip dasar dalam merawat kerukunan dan menghindari potensi konflik di tengah-tengah perbedaan. Dialog dengan mereka yang berbeda keyakinan menuntut suatu kerendahan hati untuk saling mendengarkan. Hal ini bertujuan agar terciptanya suatu kedamaian dalam berdialog. Hal ini menjadi penting karena bertujuan untuk membangun relasi yang akrab ketika, kebenaran yang satu berjumpa dengan kebenaran yang lain.  Komunikasi yang sehat ialah memberikan kesempatan untuk setiap anggota berbicara, membuat keputusan, menampilkan diri dan yang lain membuka diri untuk mendengarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun