Sungguh ironis bagi rakyat Republik yang hebat dan kaya ini, di tengah pendertian rakyat akibat kemiskinan, kurangnya kesehatan dan pendidikan yang memadai sampai hilangya rasa keadilan bagi rakyat serta, tanah perbatasan dengan sepupu jiran kita di Kalimatan serta maraknya kasus korupsi, Mr President yang kerap di panggil si bang beye oleh rakyat jelata ini malah sibuk mencitra diri, mencari persetujuan para kolega -nya siapa - siapa kira kira di ganti atau bahkan di geser posisinya sebagai Mentri.
Penguasa langit Biru berharap - harap cemas dan was - was kalau - kalau sampai kapal besar bernama Koalisi pecah, yang bisa berakibat buruk bagi sisa waktu pelayaran kapal besarnya menuju Dermaga pelabuhan pemilu presiden 2014.
Sungguh Terlalu, meminjam istilah Bang Hj. Rhoma Irama yang keren serta seringkali di pakai rakyat untuk meng-satirekan sesuatu yang tidak becus, mungkin inilah yang bisa saya katakan bagi sang penguasa langit biru dan para Sengkuninya serta duryodana dan pasukan kurawa yang ada sebagai ABK dalam kapal besarnya yang bernama koalisi,  Sang penguasa langit biru dengan sebutan bang beye yang pernah di ejek dengan simbol kerbau ini , lebih memilih memikirkan perasaan para konco - konconya  di koalisi ketimbang memikirkan perasaan rakyat yang sedang jatuh bangun mengharapkan keadilan dan kesejahtaraan dari pemimpinnya, apakah kesadarannya baru timbul kalau rakyat marah dan " peoples power terjadi " karena sang pemimpin sibuk bersolek menor menjaga citra diri,serba sensitif dengan sedikit - sedikit muncul di televisi memberikan klarifikasi.
Pancasila sebagai the Ways Of Life dari bangsa ini juga telah mulai di lupakan orang apalagi sebagai para pemimpin dan khusunya anggota anggota dewan yang katanya terhormat malah sekarang menjadi tidak terhormat dan bahkan tercela, dalam membuat undang undang, keputusan presiden atau apapun itu bentuknya bahkan sampai kepada perda-pun jika tidak ada pancasila sebagai rujukannya dimana tujuan suatu produk hukum adalah keadilan dan kesejahteraan rakyat semata.
berikut ini PANCASUKA pada masa penguasa langit biru yang pernah di simbolkan dengan kerbau ini :
- Keuangan yang maha kuasa
- Korupsi yang adil dan merata
- Persatuan mafia hukum indonesia
- Kekuasaan yang di pimpin oleh nafsu kebejatan dalam persekongkolan dan kepura- puraan
- Kenyamanan sosial bagi seluruh keluarga pejabat dan wakil rakyat
Hampir mendekati kebenaran sebuah lagu yang di nyanyikan Almarhum Franky Sailatua seorang pegiat sosial dan anti korupsi - retaknya perahu negriku.  para pelacur politik di mengerti perasaanya, para pelacur di dewan perwakilan rakyat dan parpol di mengerti perasaanya, bukankah seharusnya rakyat sebagi pemegang keuasan tertinggi atau mungkin si bang beye lupa siapa yang memberi kekuasaaan itu kepadanya yan dimengerti perasaannya
Saudara - saudara sebangsa dan setanah air saya mengerti persaan kalian mari berbuat lebih lagi bangsa ini, mari bekerja keras, berdoa dengan semangat semua anda bisa,.  Al Buqhory berkata " jika engkau melihat kelaliman di depan matamu lawanlah dengan segenap kekuatanmu tetapi kalau tidak bisa maka lawanlah dengan mulutmu". saya percaya saudara saudara sebangsaku dari jaman nenek moyang terbukti adalah pekerja keras, Tuhan akan menolong kita mari naikan doa. langit memang masih biru, tetapi semangat semerah darah masih membara untuk melihat perubahan serta ladang sudah menguning akan ada panen dan tuaian. Salam kerakyatan kaum Buruh bersatulah
Warmest Regard
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H