“Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin”
Wacana kenaikan harga rokok sekarang menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat tak terkecuali pelajar. Karena bukan perokok awalnya saya tidak tahu akan berita ini, namun salah satu kawan membicarakan tentang kenaikan ini. Ya, rencananya bulan depan memang akan di berlakukan kenaikan harga rokok dengan harga sekitar 50 ribu rupiah.
Beragam reaksi dari masyarakat, ada yang pro dan banyak pula yang kontra. Alasannya bermacam macam, ada yang bilang harganya terlalu mencekik, ada yang bilang bagus untuk mengurangi jumlah perokok, ada yang bilang harus di kaji ulang, dan tidak sedikit pula yang membandingkan harga rokok di Indonesia dengan harga rokok di negara lain.
Sudah ada beberapa langkah kecil yang pernah di lakukan oleh pemerintah, misalnya aturan dilarang merokok di tempat tempat tertentu, harga rokok yang pernah naik dua kali lipat, bungkus rokok yang harus memuat gambar seram dari dampak rokok, serta slogan rokok yang di ubah. Sayangnya langkah ini tidak mengurangi jumlah perokok yang ada di Indonesia.
Mudahnya mendapatkan rokok di pasaran juga membuat jumlah perokok terus meningkat bahkan anak anak yang belum berusia 18 tahun juga dapat mendapatkan rokok dengan sangat mudah. Tak jarang para anak anak juga di suruh oleh bapaknya untuk membelikan rokok di warung.
Jika memang rokok memiliki dampak buruk, mengapa masih banyak yang merokok? Tidak sedikit pula yang mengatakan merokok itu memecah kebuntuan, menenangkan pikiran, dan tak jarang rokok selalu di sandingkan dengan makanan. Entah mengapa para perokok selalu mengatakan mulutnya tidak enak jika setelah makan mereka tidak merokok. Mungkin memang merokok itu seperti nge-drug tingkat rendah.
Lapangan Pekerjaan Industri Rokok
Di akhir tahun 2015, jumlah karyawan PT. Gudang Garam Tbk sebanyak 36.900 orang dan sekitar 75% karyawannya adalah perempuan. Salah satu perusahaan rokok besar yang lain, PT. Djarum memiliki karyawan sekitar 75.000 orang. Sedangkan PT. HM Sampoerna memiliki 41.900 karyawan pada akhir tahun 2015. Bandingkan dengan PT. Astra Honda Motor yang hanya memiliki sekitar 20.000 karyawan.
Jumlah karyawan pabrik rokok memang bisa dibilang sangat banyak, sebab kebanyakan pabrik rokok masih menggunakan cara manual untuk memproduksi rokoknya. Jika pabrik rokok dapat menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak ini, lantas apakah ada solusi lain jika kemudian harga rokok melambung dan perusahaan mengurangi produksinya? Pasti akan ada pula pengurangan jumlah karyawan.
Tidak hanya yang di dalam pabrik, masyarakat yang berperan dalam industry rokok juga ada yang di luar pabrik. Sebut saja petani tembakau. Saya sendiri pernah melihat dua kabupaten di jawa tengah yang menjadi sentra produksi tembakau. Kabupaten Temanggung dengan kebun tembakau yang melekat di kaki gunung sindoro dan Wonosobo dengan gunung sumbing yang dipenuhi pohon tembakau. Masyarakat disini pasti berada di garda terdepan untuk menolak peraturan yang mereka anggap dapat mengancam mata pencaharian mereka.
Bakti Pada Negeri