Mohon tunggu...
Khoiril Basyar
Khoiril Basyar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terus belajar untuk memberi manfaat kepada sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indahnya Kenakalan di Sekolah (Dulu)

3 Juli 2016   18:41 Diperbarui: 3 Juli 2016   19:26 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo Facebook Ratnasari New (Guru Matematika)

Masa sekolah adalah masa yang paling bahagia. Banyak teman, banyak cerita dan banyak pengalaman. Apalagi saat masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD), sekolah hanya terasa seperti main main saja.

Berangkat dengan berjalan kaki, ramai ramai, itu menjadi kenikmatan tersendiri. Dimana mungkin tak akan ditemui dizaman sekarang ini. Walaupun terbilang dekat, anak sekarang seakan sudah tidak mau jalan kaki lagi.

Sesampainya disekolah, mainannya SOS. Sembari menunggu guru masuk ke dalam kelas, para siswa juga ada yang main tebak tebakan, mainan MEJIKUHIBUNIU dan akan dihukum dengan TAKTIKBOMBAKWER. Sungguh kesederhanaan yang tak akan dijumpai lagi. Entah mengapa, teknologi mengubah segalanya.

Dulu ada guru yang baik dan ada guru yang galak. Malahan ada yang Gualak Buanget yang sangat sensitive. Kalau mengajar selalu membawa penggaris panjang yang terbuat dari kayu. Salah salah pukulannya bisa terlempar kapan saja.

Di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) kegilaan semakin menjadi. Membolos, ngumpet di WC, nongkrong di warung pojok saat jam belajar, hingga merokok di belakang kelas. Itu adalh perilaku perilaku kenakalan anak sekolah dulu. Namun kenakalan ini pastinya juga masih terjadi hingga sekarang.

Apabila baik pasti sudah hilang, namun yang buruk akan tetap membudaya. Yang selalu membedakan adalah hukumannya. Hukuman ini dulu benar benar keras, hukumannya juga macam macam. Alat yang digunakan juga bermacam macam.

Penggaris Kayu Besar

Anak anak dulu, pastilah tidak akan asing dengan penggaris kayu besar sepanjang satu meter. Penggaris ini pasti ada di depan kelas. Kegunaannya jelas, untuk menggaris di papan tulis. Tapi juga memiliki fungsi lain yang tak kalah penting.

Kuku panjang? Siap siap saja kena pukul. Jari di atas meja, lalu sang guru akan mengayunkan penggarisnya. Plak…!! Rasanya cenut cenut kaya kejepit pintu. Telat masuk kelas, kalau tidak disuruh lari dulu malah bahaya. Karena bisa bisa dihukum di depan kelas dan penggaris akan mengayun lagi ke kita.

Terlihat kejam sekali. Tapi memang itu nyatanya dan tidak pernah ada kasus orang tua melapor ke polisi. Jika cerita bahwa kita dihukum, bisa bisa dirumah kita malah tambah di hukum lagi sama orang tua. Ini juga yang menjadi pembeda, kalau dulu anak dihukum berarti anak salah. Kalau anak salah berarti layak dihukum. Kalau sekarang anak ya tidak boleh salah, jadi tidak boleh dihukum. Dikiranya anak seperti Tuhan yang tidak punya salah.

Gunting

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun