Mohon tunggu...
Khoiril Basyar
Khoiril Basyar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terus belajar untuk memberi manfaat kepada sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gunung Kemukus: Antara Ritual, Pesta Seks, dan Ladang Bisnis

20 Januari 2016   18:50 Diperbarui: 20 Januari 2016   18:50 1349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ritual gunung kemukus"][/sumber: www.m.sooperboy.com]

Mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita tentang nama gunung yang satu ini, jika ada yang belum tahu tentang gunung kemukus maka kita cari tahu bersama. Gunung yang terletak di kota Sragen ini memang menawarkan sesuatu yang tidak biasa. Memang sejatinya gunung ini dijadikan sebagai objek wisata oleh pemerintah setempat, namun ada hal yang lebih menarik dari pada wisata yang ditawarkan oleh gunung ini.

Banyak orang ingin cepat kaya dalam waktu yang singkat, hingga mereka menghalalkan segala cara untuk bisa meraihnya. Mungkin sudah tidak asing lagi bila pesugihan adalah cara singkat yang dapat ditempuh oleh seseorang yang ingin cepat kaya. Di setiap pesugihan yang akan di jalani pastilah ada syarat syarat yang harus di lakukan. Karena naluri manusia yang tidak ingin repot dan susah payah, maka banyak di antara mereka yang mencari pesugihan dengan syarat yang ringan namun hasilnya maksimal.

Mungkin bisa jadi gunung kemukus adalah pilihan paling tepat untuk mencari pesugihan. Bukan berarti saya menyarankan untuk melakukan pesugihan, tapi tetap cara yang paling baik adalah dengan bekerja keras, sebab harta bukanlah segalanya. Digunung kemukus memang ada mitos yang sedikit aneh dan tidak masuk akal.

Ada sebuah ritual di gunung kemukus, ritual ini memang sedikit aneh namun begitulah keadaannya. Ritual tersebut berupa “esek esek” di gunung. Siapa sih yang tidak tertarik? Andaikan yang datang kesini tidak ingin mencari pesugihan namun mencari kepuasan di tempat ini, juga tidak ada yang melarang. Mitos yang berkembang di warga masyarakat adalah tentang kisah pangeran samudera. Siapa beliau? Beliau adalah keturunan terakhir dari kerajaan majapahit yang memiliki makam di puncak bukit gunung kemukus.

Dari sini beredar kabar bahwa sebelum pangeran samudera meninggal beliau berpesan bahwa “jika ada orang yang bersedia melakukan hubungan badan dengan orang yang sama selama 7 kali pada hari pasaran dimana dia meninggal bersama Ontrowulan, maka cita-cita orang tersebut akan terpenuhi”. Terlepas dari benar atau tidaknya ucapan beliau ini, namun banyak sekali orang yang percaya dengan kalimat ini hingga menjadikannya sebagai dasar untuk mencari pesugihan dengan syarat memuaskan diri.

Hari pasaran yang dimaksud adalah setiap malam jumat Pon, di jawa memang masih terbiasa menggunakan hari pasaran hingga sekarang. Jadi bisa di artikan jika ada orang yang melakukan hubungan badan tiap malam jumat pon dengan wanita yang sama maka pesugihannya dapat di anggap berhasil. Hari pasaran itu sendiri terjadi setiap 35 hari sekali. Bisa di artikan bahwa ¾ Tahun adalah waktu yang harus di tempuh untuk melakukan ritual ini.

Terlepas dari semua itu, mungkin anggapan yang paling tepat adalah di hari tersebut akan terjadi pesta seks secara besar besaran di area sekitar makam pangeran samudera. Mungkin sudah bukan pesugihan lagi yang mereka cari, sebab kita tahu bahwa di hotel, losmen atau tempat tempat hiburan sering terjadi razia jadi mereka mencari aman hingga berpesta seks di atas gunung.

Mungkin dari sinilah yang menjadikan daerah di sekitar gunung kemukus ini menjadi ladang untuk membuka bisnis prostitusi. Ya, bisnis haram ini jelas akan laku keras di sini, sebab persyaratan pesugihannya saja adalah melakukan hubungan badan dengan wanita yang sama selama tujuh kali. Namun bisa di pastikan jika mereka menggunakan jasa prostitusi ini maka tidak pasti wanita yang sama yang akan mereka bawa ke atas gunung.

Memang apa saja yang ada di masyarakat bisa menjadi lahan bisnis. Terlepas dari halal haram, dimana bisnis tersebut laku keras maka akan banyak yang menekuni. Saya turut prihatin dengan keadaan ini, dimana kisah mitos atau legenda yang ada malah disalah gunakan. Mungkin kita bisa membangun moral masyarakat yang sudah jauh menyimpang dari kebenaran ini.

Mungkin untuk lebih jelasnya kita bisa datang sendiri ke tempat ini, namun jangan dengan niat untuk mencoba pesugihannya. Kita bisa bertanya tentang kebenaran kisah dari pangeran samudera dan putri ontrowulan pada sang juru kunci. Namun apabila ritual ini masih sering dilakukan jelaslah sang juru kunci juga tidak melarang bagi mereka yang datang untuk berhubungan badan di tempat ini. Semoga ada tindak lanjut dari pemerintah yang bersangkutan untuk setidaknya berupaya agar pesta “esek esek” ini tidak menjadi budaya yang turun temurun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun