Pk. 23.00.
"Lagi -- lagi, aku melihatmu dengan kondisi seperti dulu, Kilesa."
"Apa maksudmu, Charles?" jawabku.
"Dulu, di kasus Petir Legenda. Wajahmu pucat, kesakitan, dan menahan dingin."
"Wajar saja, cuaca konyol ini memang menyebalkan. Hujan gerimis dan angin bertiup kencang. Wajar saja jika aku berlindung di balik jaket tebalku ini. Konyolnya lagi, kita masih belum sampai di tempat kejadian perkara."
"Berdoa saja lift terbuka ini cepat sampai ke atas, Kilesa. Lift rombeng yang aku tidak yakin seratus persen aman. Â Dan tampaknya dewa angin tidak menyukaimu."
Angin kencang bertiup dari sebelah kanan, membuatku terhuyung ke belakang, dan tanganku digamit agar tidak jatuh.
"Terima kasih, Sendi." Aku mendesah, "Orang bodoh macam apa yang membunuh atasannya di cuaca seperti ini? Dan ajaibnya, ada orang -- orang yang bisa menemukannya."