Ia membungkuk dan mengambil satu batu kecil, sebesar genggaman tangannya. "Kudengar kau memiliki kekuatan. Nah, ubahlah batu ini menjadi roti. Kau pasti bisa. Ikutilah kata hatimu, telingaku saja bisa mendengar perutmu berteriak meminta makanan."
Aku mulai paham dengan siapa aku berhadapan. Pantas saja. Rasanya aku mengenal suara pemuda ini sebelumnya. Aku hanya menghela napas dan tersenyum.
"Tentunya aku lapar, sobat. Tapi tahukah engkau? Bahwa kita tidak hanya hidup dari roti saja, tapi dari Firman Allah. Itu akan mengisi jiwa dan menuntun kepada kebenaran hidup."
Senyum sang pemuda meluntur dan perlahan ia meletakkan kembali batu di tangannya. Kami pun lanjut berjalan. Entah mengapa, rasanya kami seperti sudah dekat sejak lama. Dan aku tidak sadar, bahwa kami perlahan berjalan menanjak. Setelah kutelisik, kami sedang mendaki sebuah bukit. Selama empat puluh hari aku berjalan berkeliling di padang gurun ini, tidak sekali pun aku menemui bukit. Tapi, ya sudahlah, mungkin ia ingin menunjukkan sesuatu kepadaku.
"Sebentar lagi kita akan sampai ke tempat yang menyenangkan, sobat. Kau pasti menyukainya."
"Oh ya? Aku tidak sabar menanti kejutan dari padamu."
"Tenang saja, kau pasti tidak akan kecewa."
Akhirnya kami tiba di puncak bukit. Anginnya kencang, dan langit sore membuat pemandangan menjadi menyenangkan. Namun bukan langitlah yang membuat hatiku sumringah.
Jauh di depan sana, jauh di bawah sana, ada sebuah kota yang gemerlap. Kota itu dikelilingi oleh tembok - tembok tinggi besar, dengan sebuah kastil di salah satu sisinya. Kastil itu tampak megah dengan baluran emas dan perak di batu - batunya. Sungai jernih mengalir melewati salah satu bagian kota, dengan parit - parit bertingkat disusun di tembok - tembok untuk berakhir di sungai. Anak - anak berlarian di sepanjang jalan, bermain - main ditemani orang tua yang kadang - kadang juga terlihat berlari. Obor - obor dinyalakan di segenap penjuru, membuat suasana tampak semarak dan menyenangkan.
Aku paham apa yang dimaksud oleh pemuda di sebelahku ini. Aku menatapnya dan ia sudah tersenyum. Sambil mengulum ranting, ia berkata.
"Kau tahu, aku bisa memberikanmu lebih banyak daripada ini. Aku bisa membuatmu menjadi tuan, atau bahkan raja dari kota itu. Sepuluh kali lebih besar dari kota itu, aku bisa memberikannya."