Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perang Sriwijaya - Medang [Novel Nusa Antara]

1 April 2020   08:38 Diperbarui: 1 April 2020   08:39 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sanggabuana mendengus sembari tersenyum. Di hadapannya kini sudah terbentang langit luas, tanda mereka mulai memasuki daerah pelabuhan.

"Dahulu ia bukanlah sosok seperti itu. Ia adalah orang yang bersemangat, terlebih ketika melakukan perluasan ke tanah Jawa. Kematian dari Dharanindralah yang menjadi penyebab perubahan sikapnya itu. Ia sangat mengidolakan ayahnya itu. Kematian itu mendadak, seakan -- akan sebagai petuah dari langit. Sehari sebelumnya aku bahkan masih sempat menulis wasiat bagi Dharanindra."

Untuk kali kedua Udayaditya menghentikan langkahnya. Bau asin laut tercium jelas di hidungnya.

"Kaukah yang menulis surat itu?" Udayaditya mengingat ketika Samagrawira menunjukkan surat kepada Kartawiyana di ruang pertemuan. Sanggabuana mengangguk.

"Akulah yang menulis surat itu, Udayaditya. Dan takdir terlalu kejam baginya. Kau tahu Dharanindra sakit keras di akhir hayat. Aku dimaksudkan untuk menyimpan surat wasat itu hingga ajalnya menjelang dan memberikannya kepada Samagrawira kelak. Aku berharap lima tahun. Tidak, itu terlalu baik. Dua tahun saja. Aku seperti tawar menawar dengan semesta. Ternyata keesokan harinya aku langsung memberikan surat itu ke tangan Samagrawira, tepat di hari kedatangannya dari tanah Jawa."

Udayaditya menggeleng. Semua pengetahuan ini baru untuknya. Simpan pengetahuan ini, patih. Mengapa kau memberitahukannya kepadaku sekarang. Aku hendak menuju ke medan perang.

"Samagrawira berteriak dengan lantang usai membaca surat itu. Aku dapat merasakan kesedihannya. Seusai pemakaman Dharanindra, ia mengumpulkan seluruh pendeta kuil, bupati, dan para petinggi kerajaan untuk menyatukan ikatan janji di bawah bendera Sriwijaya. Semuanya bersembah sujud di hadapannya. Sejak saat itulah sikapnya berubah. Tujuannya hanya satu: mewujudkan cita -- cita Dharanindra: satu nusantara."

Udayaditya terdiam. Di hadapannya kini tertambat puluhan kapal -- kapal berlayar kuning. Manusia baik prajurit dan insan biasa berkerumun. Aku ikut perang karena suka menyaksikan orang bertempur, bukan ingin mewujudkan cita -- cita kerajaan.

"Baiklah, patih Sanggabuana. Aku akan mengingatnya. Aku akan lebih menghormati sang raja."

Sanggabuana menggeleng dan tersenyum, "Kau tidak menangkap maksud dari ucapanku?"

Udayaditya menatap sang patih lama dan mengucapkan sebuah patah kata yang sangat berharga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun