"Panggil saja Galih, tuan putri."
"Kami baru saja kembali dari ruang pertemuan, Pramoda. Raja baru saja mengadakan pertemuan dengan para bupati. Kini mereka sedang beristirahat di bilik pribadi."
"Apa yang mereka bicarakan?"
Galih Subrata menjawab, "Raja setuju dengan pendapat kami para bupati untuk mengijinkan rakyat mengangkat tombak. Pada awalnya ia sangat sulit untuk dibujuk."
"Betul, tuan putri, ayahmu adalah contoh dari seorang yang memegang teguh prinsipnya. Keluhan tentang air mata dan beban berat yang harus ditanggung para gadis, anak -- anak, dan orang tua terus menerus keluar dari mulut raja. Hanya saja, teman baruku ini, pada akhirnya mampu meyakinkan ayahmu untuk bertarung bersama."
 Galih Subrata tersenyum. "Aku yakin dari awalnya pun ia sudah ingin melibatkan rakyat. Namun ia masih belum membulatkan hatinya. Dan jika takdir berkenan mempertemukan, hamba mendengar ada seorang putri lain yang kecantikannya serupa denganmu, Putri Pramodawardhani. Dimanakah ia berada?"
Pramoda sedikit tercekat mendengar pertanyaan Galih Subrata. Ia terlalu asyik dalam lamunannya sehingga ia tidak sadar bahwa adiknya telah menghilang. Ia mengeluh.
"Kau mengingatkanku pada tugas awalku. Seharusnya aku memperhatikan adikku. Ia tidak ada, tuan Galih. Nampaknya ia melarikan diri."
Rakai Pikatan menatap Pramoda, bertukar pandangan. "Jika aku tidak salah maka kau akan bisa menemukan Putri Tara di tempat permainan kertas bergambar, Galih Subrata. Apakah kau ingin menemuinya sekarang?"
Sebuah tawa hadir dari mulut Galih Subrata, "Sekali ini aku bertemu dengan pihak istana dan salah satu kebiasaannya adalah bermain judi." Ia bergegas mengendalikan sikapnya, "Hamba mohon maaf, tuan putri, adalah tidak seharusnya membicarakan adikmu dengan kurang sopan."
Pramoda menatap kolam. Ia terlihat sedih, "Tidak apa, tuan Galih." Ia terdiam sejenak lalu melanjutkan, "Kadang aku iri dengan adikku sendiri. Ia menikmati setiap waktu yang diberikan oleh Yang Maha Esa. Aku tidak bisa. Bayangan buruk selalu ada di kepalaku. Kehilangan orang -- orang yang kusayang tidak kuinginkan."