Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Konflik Seorang Putri Raja

18 Desember 2019   09:20 Diperbarui: 18 Desember 2019   09:22 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang pangeran yang memiliki sifat berbeda dengan ayahnya melihat kesempatan untuk menguasai dua kerajaan itu kembali. Ia terjebak dalam nafsu birahi bersama Dewi Pangrenyep, istri kedua Permanadikusumah, dan menghasilkan anak bernama Sang Banga atau lebih dikenal dengan nama Hariang Banga. Tidak ingin diketahui selingkuh oleh Permanadikusumah, Tamperan mengirim orang untuk menghabisi nyawa sang pertapa.

Sang pertapa tewas. Kerajaan Galuh kembali geger. Untuk menentramkan hati para pembesar, ia kemudian mengambil istri pertama Permanadikusumah, Naganingrum, sebagai istri yang sah. Manarah, anak pertama hasil hubungan Permanadikusumah dengan Naganingrum, diambilnya sebagai anak.

Balagantrang muncul kembali. Ia keluar dari persembunyiannya. Naganingrum sendiri adalah cucunya sehingga Balagantrang tidak terima dengan perlakuan Rahyang Tamperan. Sambil menyusun kekuatan, ia berhasil membujuk Manarah yang juga dikenal dengan nama Ciung Wanara untuk mengambil kembali tampuk kekuasaan. Secara diam -- diam, Balagantrang dan Manarah berhasil menyusun kekuatan. Pada sebuah pesta sabung ayam, mereka menghujam istana. Manarah berhasil menyekap Tamperan dan Dewi Pangrenyep. Keduanya berada di sel bawah tanah istana.

Manarah memilih berlaku lunak terhadap Hariang Banga, adik tirinya itu. Namun Hariang Banga hidup dalam keputusasaan. Pada suatu ketika, ia berhasil menghubungi kedua orang tuanya di sel bawah tanah, dan membebaskannya secara diam -- diam. Ketiganya kabur dalam kegelapan. Pasukan Galuh yang tersadarkan kemudian mengejar, termasuk Manarah sendiri.

Memahami bahwa ketiganya pasti terkejar, Hariang Banga mengorbankan diri. Di bawah kilauan bintang, ia berduel dengan Manarah. Namun ia bukan tandingannya. Ia kalah, tetapi tidak ditewaskan, karena diam -- diam Manarah menyayangi adiknya itu. Sebaliknya, Rahyang Tamperan dan Dewi Pangrenyep tewas bermandikan anak panah.

Sanjaya, yang saat itu telah berhasil menjadi raja di Mataram, marah besar. Ia bersama anaknya yang lain, Rakai Panangkaran yang saat ini menjadi wakil kekuasaannya di Kalingga, menyerbu ke arah barat dengan berpuluh ribu pasukan prajurit. Manarah menyambutnya. Pertempuran besar terjadi. Namun langit bersyukur pada saat itu karena pertumpahan darah satu ibu dapat dihentikan.

Demunawan yang saat itu berusia 93 tahun dan merupakan saudara kandung dari Purbasora, turun gunung dari pertapaannya. Ia memanggil Sanjaya dan Manarah untuk berunding di istana. Tindakan Demunawan ini terkenal ke seantero dwipantara, bahkan menjadi sebuah legenda. Ia menenangkan amarah Sanjaya.

Sanjaya sendiri pun tidak berminat untuk menetap di dataran barat Pulau Jawa, sehingga ia setuju dengan hasil perundingan: Hariang Banga menjadi raja di Sunda, sedangkan Manarah menjadi raja di Galuh. Hingga saat ini kedua orang itu masih ada di atas tahtanya, sudah berusia mendekati lima puluhan.

Ciung Wanara. Itulah julukan dari Manarah, sang Raja Galuh. Mpu Galuh berkata ciung artinya adalah burung sedangkan wanara adalah monyet. Burung monyet. Lucu sekali, berani -- beraninya kau menentang Sanjaya.

Pramodawardhani terus terlarut dalam pikirannya. Cerita ini rumit, namun menarik, sehingga ia hapal setiap kejadian beserta tokoh -- tokohnya. Dan ia yakin, kekuasaan yang berlandaskan dendam akan mudah tersulut api. Akan tiba saatnya kedua kerajaan ini kembali bertarung di medan perang.

Jika dipikir -- pikir, raja pertama Kerajaan Medang bukanlah ayahku. Orang pertama yang menyatukan kerajaan -- kerajaan kecil adalah Sanjaya. Ialah raja pertama Kerajaan Mataram. Hanya saja keturunan -- keturunannya tidak mewarisi bakat ayahnya, sehingga kerajaan -- kerajaan itu lepas kembali. Aku harap ayahku bisa memegang seluruh daerah Kerajaan Medang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun