Mohon tunggu...
Theo Ka Aditama
Theo Ka Aditama Mohon Tunggu... -

twitter @Theo_Krisna\r\nFacebook @Theo_Aditama\r\nfotografer

Selanjutnya

Tutup

Catatan

100 Ribu Sebulan

3 April 2013   22:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:46 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada seseorang yang dapat hidup tanpa mempunyai uang sepersenpun. Segala sesuatu kebutuhan selalu ditukar dengan uang. Bahkan kebutuhan dasar sesorang seperti makan minum serta pakaian memperolehnya pun menggunakan uang. Memang pada jaman dahulu sistem yang berlaku pertama kali adalah barter tetapi di jaman saat ini sistem global yang berlaku adalah uang. Tanpa uang kita tidak bisa menjalani hidup dengan nyaman. Ke toilet saja kita harus mengeluarkan uang kita.

Konsep besarnya adalah semakin banyak kebutuhan kita maka akan semakin banyak pula uang yang akan kita keluarkan. Bagaimana jadinya kalau kita hanya mempunyai sedikit uang dan harus mencukupi kebutuhan hidup kita yang tidak terbatas?

Bertahan

Setiap awal bulan, pria kelahiran empat puluh tiga tahun yang lalu ini harus mengantri di depan loket sebuah gereja di Klaten. Sekitar tiga puluh orang yang lain juga mengantri di depan loket itu. Mereka dengan sabar menunggu petugas memanggil namanya dan memasuki ruangan itu.

Adalah Suharno salah satu orang yang ikut dalam antrian tersebut. Ia dan beberapa orang itu sedang mengantri uang bantuan dari instansi gereja. Sudah satu tahun ini ia selalu mengantri untuk mendapatkan bantuan.

Ia adalah seorang pengangguran yang hidupnya sendiri di sebuah kampung di kota Klaten. Yang ia miliki hanya rumah sederhana untuk ia tinggal dan sepeda roda tiga yang ia modifikasi sendiri untuk berpergian kemana-mana. Ia harus merubah sepedanya karena kaki kanannya sudah tidak berfungsi semenjak dinding rumahnya roboh karena gempa tahun 2006 mengguncang Kota Klaten.

Amplop sudah ia terima dan langsung diperlihatkan kepada penulis jumlah nominal uang bantuan itu. Terlihat lembaran merah dan bertuliskan Rp. 100.000,-. Ya ia mendapatkan bantuan seratus ribu setiap bulannya.

“Aku bersyukur mas udah diberi bantuan dari gereja, kalau enggak ada bantuan ini aku tidak bisa makan” ujar Suharno ketika ditemui disela-sela ia mengambil bantuan tersebut di salah satu gereja (1/04).

Ia menambahkan uang itu cukup untuk hidup satu bulan. Cukup untuk membeli makan dan membeli minyak tanah untuk penerangan ketika malam.

Di jaman sekarang uang seratus ribu sangat mustahil untuk bisa mencukupi kebutuhan sesorang. Bahkan sebagian orang, uang seratus ribu habis dalam hitungan jam untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Ternyata Suharno bisa menggunakan uang itu untuk bertahan hidup.

“Aku hanya mengandalkan uang ini mas, kalau tidak aku ambil ya aku tidak makan” ungkap Suharyo yang hidup sendirian karena istinya sudah meninggalkan diri dan memilih hidup bersama orang tuanya.

Sambil bercakap-cakap ia mengeluarkan selembar kertas yang berisi pengeluaran dia selama satu bulan. Tersisa dua ratus rupiah dalam rincian itu. Jika dihitung secara matematika seratus ribu dibagi dengan tigapuluh hari maka akan ketemu tiga ribu tiga ratus setiap harinya. Uang yang sangat sedikit untuk makan.

Walau demikian Suharno masih bisa bertahan hidup dengan mengandalkan uang seratus ribu rupiah setiap bulannya.

https://soundcloud.com/theo-aditama/100ribu-sebulan

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun