Setiap dari kita mungkin pernah mendengar mengenai istilah “Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk sorga.” Namun, apakah istilah ini masih berlaku hingga saat ini? Lantas, apakah istilah ini juga realistis dan relevan dalam kehidupan kita? Nyatanya, kehidupan yang ada tidak seindah kata-kata di atas.
Kita sebagai generasi Z di masa kini mulai dihadapkan dengan berbagai macam beban pikiran yang ada, termasuk target-target finansial seperti keuangan untuk pekerjaan, pernikahan, biaya untuk membangun rumah, biaya pendidikan anak ke depannya, dan masih banyak lagi.
Hal inilah yang kemudian membuat kita sebagai generasi Z berada di era “sandwich generation”, yang memiliki beban lebih akibat tanggungan baik itu dari orang tua maupun anak. Biaya hidup maupun kesehatan makin tinggi membuat keadaan kita sebagai generasi Z seolah terjepit dari dua sisi.
Di sisi lain, pekerjaan yang kini teralihkan menjadi robot membuat kompetisi antar manusia semakin meningkat. Itulah yang menjadi masalah bagi kebanyakan kita sebagai generasi Z, termasuk saya.
Uang dan wisdom. Jika orang-orang diberikan pilihan tersebut, sebagian besar mungkin akan memilih uang ketimbang wisdom, padahal jika dipikir lebih dalam, maka wisdom-lah yang seharusnya menjadi pilihan utama. Sama seperti Raja Salomo yang lebih memilih hikmat ketimbang kekayaan, begitu pula kita harus memilih hikmat daripada uang.
Mengapa? Karena apabila orientasi kita lebih mengarah ke uang, maka uang tersebut akan cepat hilang. Uang hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dibutuhkan hikmat dalam mengelola uang tersebut.
Sekalipun kita pintar, akan tetapi jika kita tidak dapat dengan bijak dalam mengatur uang, maka akan tetap hilang. Sebab kepintaran bukanlah jaminan dalam kita mengatur keuangan, melainkan hikmat yang menjadi kunci utama. Tanpa adanya wisdom, segala sesuatu yang terlihat di luar mungkin saja bagus, tetapi tidak akan ada yang tahu bahwa hal tersebut justru membawa malapetaka bagi kehidupan kita.
Dalam mengelola keuangan juga dipengaruhi oleh kondisi emosi, psikologi, maupun spiritual. Maka dari itu, ketiga aspek tersebut harus dipenuhi dengan baik, karena kesuksesan ini tidak datang secara cuma-cuma. Perlu adanya usaha dan effort untuk sukses dalam mengatur keuangan yang ada.
Dari pembelajaran ini, kita dapat mengerti bahwa kebijaksanaan merupakan hal yang penting dalam mengelola keuangan. Fokus kita harus diorientasikan kepada wisdom daripada uang. Tentu bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan, tetapi setiap dari kita pasti bisa mengaplikasikan dalam kehidupan kita.
Adanya mentoring ini juga dapat membantu kita untuk lebih bijaksana dalam mengatur keuangan karena dengan adanya mentoring, kita dapat saling menguatkan satu sama lain serta belajar bersama-sama agar menjadi pribadi yang mampu mengatur keuangan yang ada dengan bijak.