Kapernaum adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh orang-orang Kristiani yang melakukan peziarahan di Tanah Suci. Banyak peristiwa di dalam Injil yang berlatar Kapernaum. Beberapa di antaranya: Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus, juga Yesus menyembuhkan orang lumpuh yang diangkut oleh empat orang dan diturunkan dari atap, Yesus mengajar di sinagoga, wanita yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun menyentuh jumbai jubah Yesus, dan masih banyak lagi. Kita akan dengan mudah menemukan kata Kapernaum di dalam keempat Injil.
Letaknya persis di tepi sebelah utara danau Galilea, Israel. Ketinggian yang minus 210 meter di bawah permukaan laut, membuat cuaca di Kapernaum tetap hangat di musim dingin dan sangat panas selama musim panas.
Kapernaum dapat dicapai dengan mobil pribadi atau pun angkutan umum kira-kira tiga puluh menit dari kota Tiberias. Hingga saat ini, ribuan pengunjung selalu datang ke Kapernaum setiap hari. Selain para peziarah, situs kota Kapernaum juga dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun asing. Tiga situs yang penting di Kapernaum adalah reruntuhan Sinagoga Putih, reruntuhan kota Kapernaum, serta situs rumah Petrus yang akan saya bahas dalam tulisan ini.
Identifikasi Rumah Petrus
Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya.
Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. (Markus 1:21, 29-34)
Jemaat Kristen perdana mempunyai perhatian besar terhadap rumah Petrus. Dalam empat abad pertama Kekristenan, rumah Petrus dijadikan tempat berkumpul untuk melaksanakan doa bersama, pembacaan Kitab Suci, dan ekaristi. Tentunya hal itu disebabkan karena Yesus sendiri yang memilih rumah Petrus sebagai rumah-Nya selama Ia berkarya di sekitar danau Galilea. Rumah Petrus pun diubah menjadi sebuah Domus-Ecclesia, atau Rumah-Gereja.
Seorang peziarah dari abad keempat bernama Aegeria menuliskan kesaksian demikian,”Rumah ketua para Rasul (Santo Petrus) di Kapernaum telah diubah menjadi sebuah gereja; dan tembok rumahnya masih bisa kita lihat sekarang.” Aegeria tidak menceritakan tentang sebuah gereja yang biasa dijumpai pada masa itu. Ia mengisahkan sebuah rumah yang sudah diubah menjadi gereja dan tembok rumahnya masih bisa dilihat pada abad keempat. Perubahannya adalah dari rumah biasa menjadi tempat untuk pertemuan liturgis. Penggalian arkeologis, yang menemukan barang-barang rumah tangga dan benda-benda liturgi, ditambah dengan kesaksian Aegeria membuat kita yakin bahwa itulah rumah Petrus.
Selain penemuan benda-benda rumah tangga dan liturgis, di situs rumah Petrus tersebut ditemukan pula suatu struktur segi delapan (oktagonal) yang merupakan struktur khas gereja zaman Bizantin. Sebuah mosaik yang menandakan pusat struktur oktagonal tersebut ditemukan persis di atas Domus-Ecclesia yang tak lain adalah rumah Petrus. Penemuan arkeologis ini cocok dengan catatan peziarah satu abad kemudian. Tahun 570, seorang peziarah yang tidak diketahui namanya dari Piacenza menulis demikian, “Kami tiba di Kapernaum di rumah Petrus, yang saat ini adalah sebuah basilika.”