Berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis." Lalu aku membeli dia bagiku dengan bayaran lima belas syikal perak dan satu setengah homer jelai. Aku berkata kepadanya: "Lama engkau harus diam padaku dengan tidak bersundal dan dengan tidak menjadi kepunyaan seorang laki-laki; juga aku ini tidak akan bersetubuh dengan engkau." Sebab lama orang Israel akan diam dengan tidak ada raja, tiada pemimpin, tiada korban, tiada tugu berhala dan tiada efod dan terafim. Sesudah itu orang Israel akan berbalik dan mencari TUHAN, Allah mereka, dan Daud, raja mereka. Mereka akan datang dengan gemetar kepada TUHAN dan kepada kebaikan-Nya pada hari-hari yang terakhir (Hosea 3:1-5).
Kompasianer yang terkasih, ini adalah seri ketiga dari pembahasan mengenai kisah cinta nabi Hosea dengan Gomer yang menggambarkan kisah cinta Tuhan dengan umat-Nya. Pernikahan Hosea sungguh tidak berjalan dengan baik, isterinya berlaku tidak setia dengan perbuatan amoral yaitu bersundal demi uang. Gomer menganggap sepi cintanya Hosea, dia tidak merasa cukup dengan apa yang diterimanya dari sang suami. Dari semula, pernikahan mereka memang tidaklah normal. Hosea seorang nabi Tuhan di Israel, sedangkan Gomer seorang perempuan sundal (Hosea 1:1-3). Hosea menikahi Gomer atas perintah Tuhan, dan pernikahan mereka yang dibumbui persundalan dan perzinahan Gomer ternyata untuk menggambarkan situasi dan kondisi orang Israel yang telah jatuh ke dalam penyembahan berhala, khususnya kepada dewa Baal; Israel telah mengkhianati Tuhan, Allah yang mencintai mereka sejak dari Mesir.
Gomer kemungkinan bersundal di kuil Baal sebagai pelacur bakti. Bagi agama Baal, seorang laki-laki yang beribadah di kuil Baal akan mencapai puncak penyembahannya ketika ia bersetubuh dengan seorang perempuan yang disediakan oleh pihak kuil dengan bayaran uang. Inilah pelacuran bakti yang marak di masa itu dan biasa dilakukan oleh agama-agama pagan di berbagai bangsa, dan celakanya orang Israel ikut terseret di dalamnya. Bagi Hosea, perbuatan isterinya tentu sangat menyakitkan hati dan sangat mempermalukan dirinya sebagai seorang suami, apalagi dia seorang nabi yang senantiasa berbicara atas nama Tuhan yang kudus bagi orang Israel. Apa yang dialami dan dirasakan oleh Hosea mewakili hati Tuhan yang tersakiti oleh ketidaksetiaan umat-Nya. Pernikahan itu sakral dan Gomer telah menodainya dengan persundalan yang mengancam rumah tangganya, bahkan nyawanya sendiri karena perzinahan itu hukumannya mati (Ulangan 22:22).
Namun demikian, Tuhan kembali menyuruh Hosea untuk mencintai isterinya yang tidak setia itu dengan cara membelinya kembali atau menebusnya dari kuil Baal, tempat dia bersundal. Aneh, karena Hosea harus menebus isterinya yang sah! Gomer yang menjual dirinya sendiri, namun Tuhan menyuruh Hosea untuk pergi menebusnya dan Hosea pun taat. Mengapa? Karena Hosea masih mencintai Gomer, dia masih punya belas kasihan akan nasib isterinya yang akan berakhir tragis di kemudian hari. Apa yang harus dilakukan Hosea terhadap Gomer, demikianlah bentuk kata kerja dari teks Ibrani yang menunjukkan tujuan Tuhan menyuruh Hosea untuk menebus Gomer yaitu untuk menebus orang Israel yang telah berzinah secara rohani dengan Baal karena Tuhan tetap mencintai umat-Nya. Kenyataan terpahit dalam pernikahan ditanggung oleh pihak yang mencintai pasangannya.
Hosea menebus Gomer dengan uang tunai sebesar lima belas syikal perak ditambah dengan satu setengah homer jelai yang diperkirakan nilainya sebesar lima belas syikal perak juga, jadi nilai tebusan itu totalnya sebesar tiga puluh syikal perak; harga budak pada masa itu tiga puluh syikal perak (Keluaran 21:32). Dengan demikian, Hosea menebus miliknya sendiri yaitu isterinya selayaknya menebus seorang budak, hal ini mengingatkan pada peristiwa di gunung Sinai ketika Dia berfirman: "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, tempat perbudakan" (Keluaran 20:2), setelah Dia menegaskan kepemilikan-Nya atas Israel yang disebut sebagai "Anak-Ku yang sulung" dan sebagai "umat-Ku" (Keluaran 4:22; 6:6). Meskipun konteksnya berbeda karena Israel sebagai budak di Mesir atas kehendak Tuhan, sedangkan Israel sebagai budak dosa di Kitab Hosea atas kehendaknya sendiri, tetapi intinya ialah Israel sebagai umat, milik-Nya yang sah.
Menariknya, nama Hosea yang artinya TUHAN adalah pertolongan sama artinya dengan nama Yosua (Bilangan 13:8), dan nama Yosua dalam bahasa Yunani adalah Yesus, yang ditegaskan artinya: "Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (Matius 1:21). Dalam Perjanjian Baru ditegaskan, bahwa Yesus itulah yang menghapus dosa dunia (Yohanes 2:29) melalui kematian-Nya (Ibrani 9:15), setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus menerima penebusan  yaitu pengampunan dosa karena kasih karunia (Roma 3:24; Efesus 1:7,14; Kolose 1:14). Jika orang Israel ditebus dari perbudakan di Mesir karena mereka adalah anak (Keluaran 4:22), maka orang Kristen menjadi anak karena telah ditebus dari perbudakan dosa (Galatia 5:4).  Apa yang Tuhan katakan kepada orang Israel dalam Hosea 2:22, itu pun tergenapi bagi orang Kristen Perjanjian Baru: "Kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan " (1 Petrus 2:10). Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H