Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takut apa yang mereka takuti dan janganlah gentar (1 Petrus 3:14).
Kompasianer yang terkasih, secara normatif rasul Petrus mengatakan jika kita rajin berbuat baik, maka balasannya ialah orang lain akan berbuat baik juga kepada kita, ini yang dikatakan pada ayat 13. Namun tidak selalu demikian kenyataannya, karena rasul Petrus melanjutkan dengan kemungkinan yang terjadi pada orang Kristen yaitu penderitaan yang akan menjadi bagian dari kebenaran yang dipraktikkannya. Jadi, yang harus diperhatikan oleh orang Kristen adalah menderita karena kebenaran, itulah yang dimaksud Kitab Suci, bukan menderita karena dosa atau karena berbuat jahat (ayat 17). Kata kebenaran dari teks Yunani dikaiosune yang artinya kebenaran juga keadilan. Ini berarti dalam setiap tarikan konsep kebenaran melekat dimensi keadilan. Kebenaran yang dimaksud di sini bukan hanya soal kesalehan hidup dalam beragama, tetapi juga ada keadilan yang diterapkan dalam keseharian.
Memang kita bisa saja menderita karena kebenaran, namun ada penghiburan juga di baliknya yakni: "kamu akan berbahagia". Kata berbahagia dari teks Yunani makarios yang artinya berbahagia, diberkati. Dengan demikian, berbahagia atau diberkati adalah sebuah pahala yang pasti didapatkan ketika kita mempraktikkan kebenaran, dan penderitaan adalah proses yang harus kita terima dengan ikhlas. Ketika orang yang tidak beriman menjadi takut karena penderitaan yang akan diterima kalau ia melakukan kebenaran sehingga ia memilih tidak melakukannya, maka kita orang beriman tidak boleh takut menderita (ayat 14). Mengapa? Karena kita menguduskan Kristus di dalam hati sebagai Tuhan (ayat 15). Ayat 14 bagian akhir dan ayat 15 bagian awal merupakan kutipan dari Yesaya 8:12-13, khususnya di ayat 13: "Tetapi TUHAN semesta alam, Dialah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus; kepada-Nyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah harus kamu gentar."
Menderita karena kebenaran seharusnya tidak membuat patah semangat, tapi justru ini adalah kesempatan bagi kita untuk bersaksi dengan perbuatan-perbuatan yang baik, yang kudus dan bermoral sebagai wujud kesalehan hidup kita di dalam Kristus (ayat 15-16). Inilah alasannya di ayat 17: "Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat." Kata Yunani kreitton yang diterjemahkan LAI dengan 'lebih baik' memiliki arti lainnya yaitu lebih kuat, lebih unggul. Jadi, kesaksian hidup kita dengan tetap berbuat baik meskipun kita harus menderita karenanya, hal itu justru menunjukkan kekuatan atau keunggulan iman kita atas penderitaan itu sendiri. Yang penting perbuatan baik kita adalah hal yang dikehendaki Allah. Yesus Kristus telah memberikan contoh terbaik ketika Ia menderita sengsara sampai mati di kayu salib untuk segala dosa kita agar kita diterima oleh Allah (ayat 18). Maka berbahagialah kita karena Kristus, amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H