Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebetulan yang Bukan Kebetulan (Rut 2:3; 4:1)

4 Juni 2024   22:28 Diperbarui: 4 Juni 2024   22:59 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh (Rut 2:3).

Boas telah pergi ke pintu gerbang dan duduk di sana. Kebetulan lewatlah penebus yang disebutkan Boas itu. Lalu berkatalah Boas: "Hai saudara, datanglah dahulu ke mari, duduklah di sini." Maka datanglah ia, lalu duduk (Rut 4:1).

Kompasianer yang terkasih, ini adalah kisah tentang Rut, orang Moab, yang tinggal dengan Naomi, ibu mertuanya, pasca kembalinya Naomi ke Betlehem setelah Elimelekh, suaminya, dan Mahlon, suaminya Rut, meninggal di Moab. Keluarga Elimelekh terpaksa pergi ke Moab karena di Betlehem terjadi bencana kelaparan. Salah satu menantu Naomi yaitu Rut berkomitmen untuk setia kepada Naomi dan beriman kepada Allahnya Israel sampai maut memisahkan mereka. Maka pulanglah Naomi dan Rut ke Betlehem dalam keadaan miskin ketika terdengar kabar bahwa Tuhan telah memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka. Naomi dan Rut tiba di Betlehem bertepatan dengan permulaan musim menuai jelai (Rut 1). Di sinilah kita akan melihat dari ayat pokok tentang dua peristiwa kebetulan yang sekarang ceritanya akan bertumpu pada perjumpaan Rut dengan Boas.

Kebetulan yang pertama, Rut berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh (Rut 2:3). Sebagai anak yang berbakti Rut memutuskan untuk mencari nafkah bagi dirinya dan Naomi yang setibanya di Betlehem mereka dalam keadaan miskin dan tidak punya pekerjaan. Bagi seorang janda miskin di masa itu tidaklah mudah, kebutuhan hidup sehari-harinya bergantung dari kemurahan hati orang lain. Memungut jelai dari sisa hasil panen seperti yang dilakukan Rut merupakan ketetapan Tuhan untuk menolong orang miskin -- termasuk anak yatim dan janda -- dan orang asing (Imamat 19:9-10; Ulangan 24:19). Dan Boas sebagai pemilik ladang berbelas kasihan dengan memberikan Rut jelai yang dia butuhkan, bahkan menjamunya untuk makan dan minum. Dan Rut mendapatkan jelai dari Boas sampai musim panen berakhir (Rut 2:4-23).

Kebetulan yang kedua, seorang penebus milik pusakanya Elimelekh lewat di depan Boas (Rut 4:1). Sesuai ketetapan Tuhan bagi umat Israel dalam hal penebusan tanah (Imamat 25:23) dan perkawinan levirat yaitu kewajiban seseorang untuk menikahi janda dari saudara atau keluarga terdekatnya (Ulangan 25:5-10), maka Boas yang merupakan keluarganya Elimelekh memiliki kewajiban untuk menebus tanahnya Elimelekh sekaligus Rut untuk menjadi isterinya (Rut 2:1, 20; 3:9). Namun, ternyata ada anggota keluarga yang lebih dekat urutannya untuk menebus sehingga Boas harus menunggu keputusan orang tersebut (Rut 3:12-13). Dan ternyata orang tersebut hanya mau menebus tanahnya saja, tetapi menolak untuk menebus Rut menjadi isterinya (Rut 4:2-8). Akhirnya, di hadapan tua-tua dan semua orang di situ Boas menebus tanah dan juga Rut dengan maksud yang mulia yaitu supaya nama keluarga Elimelekh tetap ditegakkan sesuai ketetapan Tuhan (Rut 4:9-10).

Apa yang dikatakan 'kebetulan' merupakan peristiwa dari sudut pandang manusia, namun dari sudut pandang Allah semua peristiwa yang tercatat dalam Kitab Rut bukanlah suatu 'kebetulan', karena dari kekekalan Allah dengan hikmat-Nya telah membuat sebuah rancangan yang indah untuk masa depan umat manusia, yang penggenapannya menurut waktu dan cara-Nya yang agung, ajaib dan unik. Kisah tentang Rut bukanlah sebuah kebetulan, tetapi sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah, bahkan ketika umat-Nya tidak lagi setia kepada-Nya (Hakim-Hakim 21:25). Ketika umat Israel tidak lagi berpaut kepada Tuhan, maka Dia dengan hak prerogatif-Nya mengambil seorang perempuan asing dari Moab yang bernama Rut yang karena imannya menjadi umat-Nya, dan akhirnya menjadi isteri Boas yang kemudian memiliki cicit seorang raja terbesar Israel yaitu Daud (Rut 4:13-22).

Dan bukanlah suatu kebetulan ketika nama Rut berada di dalam daftar silsilah Yesus Kristus, Tuhan kita (Matius 1:5). Dan bukanlah suatu kebetulan ada nama Tamar dan Rahab, perempuan-perempuan Kanaan, yang juga tercatat dalam silsilah Yesus (Matius 1:3, 5). Bahkan Rahab ternyata ibunya Boas, berarti ia adalah mertuanya Rut (Matius 1:5). Jadi, Rut si orang Moab menjadi tokoh penting di dalam Kitab Suci karena keberadaannya untuk menjadi jalan bagi datangnya Mesias yang dalam Injil Matius silsilah itu berakhir pada Yesus yang disebut Kristus (Matius 1:16-17). Karya agung Allah untuk menebus umat manusia dari dosa tertulis di dalam arti nama Yesus (Matius 1:21), sedangkan providensi-Nya termaktub di dalam nama Imanuel, yang berarti: Allah menyertai kita (Matius 1:23). Apakah semuanya ini kebetulan?

Bukanlah kebetulan ketika saya mendengar lagu rohani dari kasetnya adik saya di tahun 1999 yang menyadarkan saya yang telah hidup dalam dosa. Bukanlah kebetulan ketika di bulan Maret tahun 2000 saya bertemu dengan seorang hamba Tuhan yang kemudian di bulan Agustus tahun itu juga saya bertobat dan pergi ke Sekolah Alkitab dan akhirnya melayani sebagai Pendeta dan Gembala Jemaat sampai hari ini. Dan juga bukan kebetulan ketika saya dijemput untuk pergi ke ibadah Pemuda di bulan April tahun 2000, orang pertama yang saya lihat saat pintu mobil dibuka adalah seorang gadis yang kemudian pada tanggal 1 Juli tahun 2006 ia menjadi isteri dan ibu dari kedua anak saya. Meskipun hidup tidak selalu indah dan mudah untuk dijalani, namun telah menjadi rencana Allah yang sempurna untuk memakai saya dan keluarga yang tidak sempurna ini menjadi berkat bagi orang lain.

Amin, Tuhan Yesus memberkati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun