Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Menurut Roh (Roma 8:3-4)

17 Mei 2024   22:39 Diperbarui: 17 Mei 2024   22:46 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang datangnya Roh Kudus (Pentakosta). Sumber: cnnindonesia.com

Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh (Roma 8:3-4). 

Kompasianer yang terkasih, setelah memperingati Hari Kenaikan Tuhan Yesus Ke Sorga, umat Kristen merayakan juga Hari Pentakosta sebagai peringatan hari turunnya Roh Kudus yang memenuhi para murid di kamar loteng di Yerusalem yang merupakan penggenapan janji Tuhan Yesus sesaat sebelum Ia naik ke sorga (Kisah Para Rasul 1:8). Hari Pentakosta umat Kristen berbeda dengan Hari Pentakosta umat Yahudi. Hari Pentakosta Yahudi (teks Ibrani: shavuot) adalah hari raya pengucapan syukur bagi umat Israel atas hasil panen gandum. Pesta itu dirayakan tujuh minggu setelah hari raya Paskah. Sedangkan Hari Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2:1-4 berbicara tentang pencurahan Roh Kudus setelah lima puluh hari kematian, kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke sorga.

Kembali ke ayat pokok. Sebagai umat Kristen kita paham betul, bahwa dipenuhi dengan Roh Kudus tidak serta merta menjadikan diri kita akan selalu menjalankan hidup benar, karena kita masih hidup di dalam tubuh yang memiliki keinginan daging (hawa nafsu duniawi) yang menghasilkan dosa. Dan malangnya, kita tidak bisa menyelesaikan masalah dosa dengan melakukan perbuatan baik sebagaimana yang coba dilakukan orang Yahudi untuk melepaskan diri dari tuntutan hukum Taurat atas dosa yaitu kematian. Namun beruntungnya kita, karena Allah kemudian mengambil alih penghukuman itu dengan jalan Yesus Kristus mati di kayu salib untuk menggantikan kita. Dengan demikian, hanya Allah yang dapat memenuhi tuntutan hukum Taurat yang mustahil kita lakukan.

Setelah kita menerima kasih karunia di dalam Kristus, maka kita harus sadar bahwa kita tidak boleh suka-suka lagi dalam menjalani hidup ini, kita sekarang adalah hamba Allah, bukan hamba dosa (Roma 6). Itu berarti hidup kita tidak lagi menurut daging, tetapi menurut Roh. Mengapa kita harus hidup menurut Roh? Yang pertama, karena kita telah menerima hidup dari Roh (Roma 8:1-2). Hidup yang dimaksud adalah hidup kekal dalam Kristus, dan ini adalah hadiah terindah bagi kita yang berdosa setelah dimerdekakan dari hukum dosa dan hukum maut yang mendatangkan penghukuman. Dalam hal ini bukan berarti Allah mengabaikan dosa, Ia tetap menjatuhkan penghukuman, tetapi itu dijatuhkan kepada Yesus Kristus, kepada tubuh manusia-Nya, agar kita bisa dibenarkan karena iman kepada Kristus yang mati menggantikan kita (Roma 3:21-31; 5:1-11).

Yang kedua, karena kita memiliki pikiran dan keinginan Roh (Roma 8:5-6). Untuk hidup menurut Roh tidak mungkin dilakukan dengan pikiran dan keinginan kita yang cenderung lebih ingin memuaskan daging atau hawa nafsu. Pikiran dan keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera, sebaliknya, keinginan daging adalah maut dan perseteruan dengan Allah, hal ini tidak mungkin berkenan kepada Allah (Roma 8:7-8, 12-13). Yang ketiga, karena kita telah memiliki kepastian akan kebangkitan tubuh oleh Roh (Roma 8:9-11). Pada ayat ini Roh yang dimaksud adalah Trinitas Roh (Roh Kudus, Roh Allah Bapa dan Roh Kristus). Sebagaimana Kristus yang tubuh-Nya bangkit dari kematian oleh Trinitas Roh, demikian pula kita akan mengalaminya, dan tubuh kebangkitan berbeda dengan tubuh kematian, hanya tubuh kebangkitan yang mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (1 Korintus 15).

Yang keempat, karena kita adalah anak-anak Allah oleh Roh (Roma 8:14-17). Menariknya, di ayat 14, kata 'dipimpin' dari kata dasar Yunani yang sama dengan kata 'dibawa' pada Matius 4:1. Sebagaimana Yesus, Anak Allah, dibawa Roh Kudus ke padang gurun untuk dicobai Iblis, maka kita pun sebagai anak-anak Allah yang dipimpin Roh Allah akan: "Menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia" (ayat 17). Jadi, status anak-anak Allah tidak membuat kita akan selalu hidup nyaman, tetapi karena Roh Allah yang memimpin kita, maka Dia akan memberikan jalan keluar sehingga kita mampu menanggung pencobaan-pencobaan yang datang (1 Korintus 10:13). Amin. 

Selamat Hari Pentakosta, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun