Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah (Ibrani 11:8-10).
Kompasianer yang terkasih, masih membahas pelajaran soal kehidupan di tahun yang baru. Setelah sebelumnya membahas tentang "Orang Beriman Pasti Tahu Tujuan" dari kehidupan Yusuf bin Yakub, sekarang tentang iman Abraham, kakek buyutnya. Menjadi pelajaran penting bagi kita ketika menghadapi dinamika kehidupan dengan melihat iman Abraham dan menjadi perenungan kita bersama sebagai orang beriman kepada Tuhan di tahun yang baru saja kita jalani. Dari ayat pokok di atas kita dapat melihat iman masa lalu, masa kini dan masa depan yang diteladankan Abraham bagi kita.
1. Â Iman masa lalu
Di ayat 8 dituliskan tentang ketaatan Abraham pada saat ia pertama kali mendapat panggilan Tuhan untuk memiliki negeri perjanjian. Janji Tuhan selengkapnya bukan hanya negeri yang akan dimiliki Abraham, tetapi juga janji ia akan menjadi bangsa yang besar (Kejadian 12:1-2). Menjadi bangsa yang besar tentu bermakna Abraham akan memiliki keturunan di mana pada waktu itu ia belum memiliki anak dan Tuhan telah berjanji kepadanya mengenai hal ini dan ia mempercayai-Nya (Kejadian 15:1-6). Tuhan meneguhkan janji soal keturunan dan negeri (Kejadian 17:1-5) dan menegaskan bahwa Sara, isterinya yang mandul, akan melahirkan anak laki-laki (Kejadian 17:15-22; 18:9-15). Karena iman Abraham taat kepada Tuhan dengan meninggalkan negerinya sendiri untuk pergi ke negeri yang dijanjikan Tuhan padahal ia tidak tahu di mana negeri itu.
2. Â Iman masa kini
Ayat 9 menuliskan tentang Abraham yang telah menerima penggenapan janji Tuhan kepadanya, baik negeri maupun keturunan. Abraham telah memiliki Ishak dari Sara dan bahkan ia telah memiliki cucu yaitu Yakub (Ismael dan Esau tidak disebut karena mereka bukan pewaris janji Tuhan). Jadi, Abraham kini telah menikmati berkat Tuhan yang telah lama ia nantikan melalui perjalanan iman yang begitu panjang. Jatuh bangun dalam ketidakpercayaan dan kebodohan-kebodohan ketika membuat keputusan yang berakibat fatal menjadi proses kehidupan seorang Abraham, bapa semua orang beriman! Menariknya, meskipun Abraham telah menerima semua berkat yang dijanjikan Tuhan, namun ia merasa seperti orang asing di negeri itu. Karena iman ia sadar bahwa apa yang ia dapatkan di masa kini belumlah puncak dari maksud Tuhan bagi dirinya.
3. Â Iman masa depan
Di ayat 10 teranglah mengenai iman Abraham, ia ternyata memikirkan masa depan yang jauh melampaui pikirannya yaitu mengenai kota yang bukan buatan manusia, tetapi kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Setelah Abraham memiliki segalanya, ia sadar bahwa Ishak dan negeri Kanaan bukanlah berkat terbesarnya, tetapi Allah dan sorga yang kekal! Dahulu Abraham merindukan keturunan dan negeri yang dijanjikan Tuhan untuk masa depannya, namun sekarang kerinduannya bukan lagi kepada janji, tetapi kepada Allah sendiri, Sang pemberi janji (Ibrani 11:11-16). Dengan demikian, iman Abraham melihat ke masa depan ketika ia di masa kini telah menerima penggenapan janji Tuhan yang ia telah lalui dengan penuh pergumulan di masa lalu, dan kunci dari semuanya itu adalah Dia yang memberikan janji itu setia (Ibrani 11:11).
Bagi kita hari ini, mari kita merenungkan apa yang telah kita lewati di tahun sebelumnya dalam iman dan sekali lagi kita mengimani bahwa Tuhan itu setia memberkati hidup kita selama ini. Sebagaimana Abraham dalam segala kekurangannya, namun Dia tetap setia karena perjanjian-Nya yang kekal, maka kita pun demikian di dalam Kristus. Jujur saja, kita ini tidak selalu setia dan benar dalam memutuskan dan bertindak di tahun lalu, bahkan mungkin akan mengulanginya lagi di tahun ini, namun Tuhan yang karena kasih setia-Nya akan selalu menolong, bukan karena kita layak, semua hanya karena anugerah-Nya. Jika kita hari ini telah menerima berkat yang digumuli sebelumnya, iman kita haruslah tertuju kepada Tuhan, Sang sumber berkat, ini belum puncak dari iman. Tujuan akhir kita adalah Tuhan itu sendiri, berkat hanyalah bonusnya (Matius 6:33; Wahyu 21-22). Amin. Tuhan Yesus memberkati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H