Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanam-tanaman yang tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya; dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana! Semoga gudang-gudang kita penuh, mengeluarkan beraneka ragam barang; semoga kambing domba kita menjadi beribu-ribu, berlaksa-laksa di padang-padang kita! Semoga lembu sapi kita sarat; semoga tidak ada kegagalan dan tidak ada keguguran, dan tidak ada jeritan di lapangan-lapangan kita! Berbahagialah bangsa yang demikian keadaannya! Berbahagialah bangsa yang Allahnya ialah TUHAN! (Mazmur 144:12-15)
Kompasianer yang terkasih, sebagai seorang raja Daud sadar betul, bahwa masa hidupnya itu secepat angin berlalu. Ia sadar bahwa Israel membutuhkan generasi penerus. Itu sebabnya ia berdoa dan berharap akan anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan Israel menjadi tulang punggung bangsa. Mereka akan menjadi generasi pengganti yang kuat, dan harapannya agar generasi ini diberkati juga secara ekonomi dan akhirnya akan berdampak sangat luas.
Israel di masa kini adalah penguasa global baik di bidang ekonomi, sains, politik, teknologi dan lain sebagainya. Ini merupakan penggenapan janji Tuhan kepada umat pilihan-Nya. Namun, doa Daud ini harus dipohonkan dengan motivasi yang benar, jangan dengan hati yang serakah. Ini bukan doa meminta kemakmuran untuk anak cucu kita pada hari ini agar nantinya mereka sekedar menjadi kaya raya. Tapi kita mohon kepada Tuhan agar anak-anak kita diberkati dan menjadi berkat bagi bangsa dan negara kita.
Meskipun doa dan harapan Daud hebat sekali termasuk soal kemakmuran ekonomi, tetapi perhatikan dan dibaca lagi ayat 15 pada ayat pokok di atas. Bangsa yang makmur adalah satu yang membahagiakan, tetapi bangsa yang Allahnya ialah TUHAN itu lebih membahagiakan lagi. Beberapa poin yang dapat kita pelajari dari tema di atas, dan kiranya dapat menjadi doa dan harapan kita sebagai orang tua bagi anak-anak kita.
Pertama, ajarlah anak-anak kita untuk menghadapi peperangan hidupnya sendiri (ayat 1-2). Peperangan orang beriman adalah peperangan rohani, jadi senjatanya yang rohani juga (Efesus 6:10-18). Orang tua harus mengajarkan firman Allah sebagai dasar iman anak. Dengan iman anak-anak diajarkan untuk dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah; mana yang baik dan mana yang jahat; mana yang kudus dan mana yang najis. Peperangan mereka ada di area tersebut.
Kedua, ajarlah anak-anak kita untuk rendah hati (ayat 3-4). Orang tua harus mengajarkan, bahwa anak-anak bisa hidup, bisa pintar, bisa berprestasi dan bisa berhasil dalam berbagai hal, semua itu adalah anugerah dan berkat Tuhan bagi mereka. Anak-anak harus menyadari bahwa karena Tuhan yang senantiasa menyertai mereka, maka mereka dapat mencapai cita-citanya.
Ketiga, ajarlah anak-anak kita untuk bergantung pada kuasa Tuhan (ayat 5-8). Belajar dari Ulangan pasal 6, Tuhan yang memberitahukan kepada orang tua agar mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan sebagai pengakuan iman yang teguh. Dan orang tua harus mengajarkannya kepada anak-anak agar mereka mengenal Tuhan dengan benar sebagaimana orang tua mereka.
Keempat, ajarlah anak-anak kita untuk memuji Tuhan (ayat 9-11). Nyanyian baru yang dimaksud bukanlah baru diciptakan, tetapi menunjuk pada rasa sukacita dan rasa syukur atas kemenangan dan pembebasan dari Tuhan setiap hari. Anak-anak memuji Tuhan untuk bersyukur, bahwa Tuhan telah menyiapkan mereka masa depan yang penuh harapan.
Kelima, ajarlah anak-anak kita untuk memuliakan Tuhan dan menolong orang lain dengan harta yang dimiliki (ayat 12-15). Anak-anak harus diingatkan, bahwa dalam harta yang dikaruniakan itu ada maksud dan kepentingan Tuhan yang harus disalurkan melalui orang tua dan anak-anak untuk sesama manusia yang membutuhkan. Anak-anak harus diajar, bahwa harta orang tua bukan untuk dipakai mereka berfoya-foya, tetapi untuk dikelola dengan benar dan bertanggungjawab.
Demikian pelajaran Alkitab dan renungan pada hari ini, sampai jumpa pada tulisan berikutnya. Selamat beraktivitas, Tuhan Yesus memberkati. Haleluyah!