Mazmur Daud. Ya TUHAN, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada permohonanku! Jawablah aku dalam kesetiaan-Mu, demi keadilan-Mu! Janganlah berperkara dengan hamba-Mu ini, sebab di antara yang hidup tidak seorang pun yang benar di hadapan-Mu (Mazmur 143:1-2).
Kompasianer yang terkasih, doa semacam ini telah menjadi ciri khas Daud ketika ia berada di dalam kesulitan. Permohonan doanya selalu menunjukkan kesungguhan hatinya ketika ia memohon agar Tuhan mendengar dan menjawab doanya (ayat 1). Daud tadinya merasa Tuhan tidak segera menjawab doanya karena dosa-dosanya, namun perasaan ini cepat ditepiskan dengan kesadaran penuh bahwa tidak seorang pun yang benar di hadapan Tuhan dan tidak seorang pun yang layak untuk memohon kepada-Nya (ayat 2).
Pada hari ini, kita umat Perjanjian Baru, jika di dalam doa sering terintimidasi dengan masa lalu yang kelam, maka kita harus tepiskan dengan berpegang pada firman Tuhan yang menegaskan bahwa kita sekarang adalah anak-anak Allah, dan dosa-dosa kita telah dilupakan-Nya ketika Ia mengampuni kita di dalam Kristus.
Di ayat 3-4, musuh-musuhnya telah membuat Daud tidak berdaya, ia merasa tercampak dan frustasi, ia pun menjadi patah semangat. Dalam keterpurukannya itu ia mengingat segala kebaikan Tuhan yang telah diterimanya selama hidupnya (ayat 5). Ketika ia mengingat dan merenungkan segala pekerjaan dan perbuatan Tuhan, maka batinnya kembali diperbarui dan jiwanya kembali dipulihkan.
Lalu Daud kembali bersemangat di dalam doanya (ayat 6-7). Iman Daud kembali diteguhkan dan harapannya akan masa depan kembali bersemi setelah terjadi pemulihan (ayat 8-9). Jadi Daud kembali berharap pada kasih setia dan jalan Tuhan dan kepada-Nya ia berteduh. Ia percaya bahwa Tuhan akan melepaskannya dari semua musuh.
Ketika manusia rohaninya Daud mengalami pembaruan, maka ia mengalihkan fokusnya, bukan pada kesulitan atau masalah hidupnya, tetapi ia berubah ingin belajar untuk melakukan kehendak Tuhan. Daud menyadari bahwa kesulitan-kesulitan yang ia alami adalah kehendak Tuhan yang harus ia hadapi, tidak bisa ia tolak karena ia hanya hamba-Nya Tuhan (ayat 10-12).
Melalui pembacaan dan perenungan Mazmur ini, maka dari masalah yang dihadapi Daud tersebut kita dapat belajar tentang kedisiplinan, kesabaran dan ketaatan kepada Tuhan di dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan dan pergumulan. Kita harus percaya, bahwa dalam segala hal kasih setia Tuhan tidak pernah berubah dan pertolongan-Nya tidak pernah terlambat bagi kita.
Demikian pelajaran dan renungan firman Tuhan pada hari ini. Selamat beraktivitas, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H