Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Aku, Berdiri di Hadapan-Mu TUHAN! (Mazmur 139)

19 Agustus 2023   11:58 Diperbarui: 19 Agustus 2023   11:59 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Seorang laki-laki yang berdiri di tepi gunung batu yang spektakuler di Yosemite National Park. Sumber: Unsplash / Cristofer Maximilian

Daud mengakui, bahwa Tuhanlah yang menciptakan dia secara detail soal bagian-bagian tubuhnya. Jadi bagaimana mungkin Tuhan lalai atau abai terhadap manusia ciptaan-Nya? (ayat 13). Daud bersyukur karena keajaiban penciptaan Tuhan akan dirinya. Pengakuan dan syukur itu timbul dari kesadaran jiwanya (ayat 14-16). Inilah yang membuat Daud tidak merasa kuatir akan hidupnya.

Saat ini, ketika kita mulai kuatir akan apa yang berkenaan dengan kebutuhan hidup kita, maka ingatlah akan perkataan Yesus: "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, apa yang hendak kamu pakai... Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:25, 32-33). Inilah kesadaran bahwa Tuhan yang berkuasa atas hidup kita termasuk semua kebutuhan hidupnya.

Yang perlu kita pelajari dari mazmur ini adalah waktu kita berseru: "Ini aku, berdiri di hadapan-Mu Tuhan!", berarti menunjukkan kita memiliki relasi atau hubungan yang intim dengan Pribadi yang kita panggil Tuhan itu. Bahkan Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk memanggil Allah itu Bapa ketika mereka berdoa (Matius 6:9).

Daud berulangkali berkata "Engkau", kepada Tuhan dan "aku" bagi dirinya sendiri. Jadi, bukan "aku" yang tahu, bukan "aku" yang menentukan posisi, bukan "aku" yang berkuasa, tetapi ia menunjuk kepada "Engkau" yaitu TUHAN, Allah yang kepada-Nya ia percaya dan bersandar. Nah, bagaimana dengan kita?

Ketidakmampuan kita semuanya hanya dapat dituangkan dalam satu perbuatan yang sederhana dan dilandaskan dengan iman yaitu berdoa. Klasik bukan? Tapi itulah yang dilakukan Daud, raja Israel yang terbesar. Yuk belajar dari doanya Daud di ayat 23-24: pertama, selidikilah aku. Kedua, kenallah hatiku. Ketiga, ujilah aku. Keempat, kenallah pikiran-pikiranku. Kelima, lihatlah, apakah jalanku serong. Dan keenam, tuntunlah aku di jalan yang kekal.

Demikian pelajaran Alkitab dan renungan pada hari ini. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun