Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya (Mazmur 133)
Kompasianer yang terkasih, saya pernah membaca sebuah tulisan di Facebook seperti ini: "Siapakah yang membunuh Habel? Saudaranya! Siapakah yang menjual Yusuf? Saudaranya! Siapakah yang cemburu kepada Daud? Saudaranya! Siapakah yang membenci Salomo? Saudaranya! Siapakah yang marah ketika anak bungsu pulang ke rumah bapanya? Saudaranya!"
Untuk itulah saya mengangkat tema di atas yang merupakan nyanyian ziarah Daud, raja Israel. Ayat 1, menjadi harapan Daud akan adanya kerukunan di antara saudara-saudara yang tinggal bersama. Daud melihat adanya ancaman perpecahan di kalangan keluarganya di mana ia memiliki banyak anak dari beberapa isteri dan gundik-gundiknya.
Pada ayat 2, bahwa diperlukan perantara yang rohani untuk mempersatukan keluarga besarnya, baik rumah tangganya sendiri maupun seluruh suku Israel, yaitu dengan adanya Imam Besar Harun dan keturunannya yang diurapi oleh TUHAN untuk menjadi perantara yang memperdamaikan umat Israel dengan TUHAN.
Jadi, adanya persaudaraan yang rukun dari keluarga besar Daud maupun keluarga besar bangsa Israel karena adanya pendamaian antara umat Israel dengan TUHAN. Imam Besar Harun adalah gambaran eskatologis dari Mesias yang mempersatukan umat Perjanjian Lama. Inilah pewahyuan progresif yang diilhamkan Roh Kudus kepada Daud melalui Mazmur 133.
Di ayat 3, gunung Hermon adalah gunung yang tertinggi di Israel, tempat di mana embun yang menyuburkan tanah berada. Sedangkan gunung Sion itulah Yerusalem yang mendapat suplai kesuburan dari gunung Hermon. Jika gunung Hermon adalah gambaran dari TUHAN, berarti Sion atau Yerusalem adalah gambaran umat Israel yang hidupnya bergantung dari TUHAN, Sang sumber berkat.
Di Yerusalem ada Bait Allah di mana dua belas suku Israel dipersatukan ketika datang beribadah kepada TUHAN. Di dalam kesatuan iman itulah berkat TUHAN dicurahkan ke atas Israel, umat-Nya. Dengan demikian, segala perbedaan di antara dua belas suku Israel dapat dipersatukan dalam iman dan ibadah mereka kepada TUHAN.
Dalam Perjanjian Baru, kita yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus telah diperdamaikan dengan Allah Bapa dan diadopsi menjadi anggota keluarga Allah. Dan berkat terbesar dari Allah bagi kita adalah kehidupan kekal bersama dengan umat Perjanjian Lama di sorga yang mulia itu. Haleluyah!
Namun demikian, saya secara pribadi merasa sedih ketika sampai hari ini masih melihat perdebatan teologis di antara para pakar Kristen / Katolik soal doktrin Alkitab di media sosial. Masing-masing pihak mengklaim paling Alkitabiah dalam menafsir ayat-ayat firman Tuhan sehingga mereka merasa paling benar dibandingkan dengan pihak lainnya.
Jika hegemoni sektarian dikedepankan, di manakah kesatuan tubuh Kristus itu? Jika gereja sebagai tubuh Kristus terpecah, bagaimana umat Kristen bisa menjadi agen yang mempersatukan bangsa dari ancaman pihak-pihak yang menginginkan perpecahan di negeri ini? Sadarkah umat Kristen, bahwa berkat Tuhan dicurahkan atas bangsa yang di dalamnya ada persatuan dan kesatuan?