Kompasianer yang terkasih, setelah membaca Bagian I pada tulisan saya tentang Pentakosta di Perjanjian Lama dan di Perjanjian Baru di mana Roh Kudus mereformasi makna hari-hari raya dan mereformasi hidup para pengikut Kristus, sekarang saya akan membawa Kompasianer ke Ulangan 16:9-12 untuk melihat apa intisari dari perayaan Pentakosta di Perjanjian Lama.
Intisari dari hari raya Shavuot atau hari raya Tujuh Minggu atau Pentakosta bagi umat Israel adalah: yang pertama, semua orang, baik anak-anak laki-laki dan perempuan, orang merdeka maupun hamba, orang asing, anak yatim dan janda, semuanya harus bersukaria di hadapan TUHAN di tempat yang dipilih oleh-Nya, untuk membuat nama-Nya diam di sana (ayat 11).
Yang kedua, untuk mengingat bahwa bangsa Israel dahulu pernah menjadi budak di Mesir (ayat 12). Jadi, hari raya Tujuh Minggu atau Pentakosta dirayakan selain untuk mengucap syukur kepada TUHAN atas panen gandum, keadilan sosial juga dinyatakan pada hari itu dengan mengingat masa lalu Israel yang pernah diperbudak di Mesir.
Pentakosta Perjanjian Baru tidak sama dengan yang di Perjanjian Lama, Roh Kudus telah mereformasi maknanya. Pentakosta diperingati sebagai hari lahirnya gereja di mana patokan utamanya ialah Yesus Kristus yang mati di salib dan bangkit pada hari yang ketiga, naik ke sorga dan datangnya Roh Kudus untuk memberikan kuasa kepada para murid untuk menjadi saksi-saksi Kristus.
Jika pada Kisah Para Rasul 2 reformasi yang dikerjakan oleh Roh Kudus itu tampak luarnya yang disorot, maka reformasi Roh Kudus yang dituliskan oleh rasul Paulus menyoroti tampak dalamnya. Yang pertama, tidak ada lagi penghukuman karena Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kita yang di dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut (Roma 8:1-2).
Yang kedua, Roh membimbing kita untuk memikirkan hal-hal yang dari Dia (Roma 8:4-5), karena keinginan Roh ialah hidup dan damai sejahtera (Roma 8:6). Jadi, Roh Kudus mengubahkan kita agar setelah diselamatkan kita tidak lagi hidup menurut keinginan daging yang berdosa, tetapi hidup menurut Roh itu (Roma 8:7-13).
Yang ketiga, Roh yang memerdekakan kita dari perbudakan dosa itu memastikan status kita di dalam Kristus yaitu sebagai anak-anak Allah (Roma 8:14-17). Reformasi oleh Roh Kudus itu membuat kita mengenal Allah sebagai Bapa yang dekat dan kita sebagai anak-anak yang dikasihi-Nya, karena sebelumnya kita merasa Allah itu sosok yang jauh dan membenci kita.
Sebagaimana Pentakosta Israel dirayakan oleh semua orang dengan mengingat status mereka dahulu adalah budak di Mesir, demikian dengan Pentakosta Kristen yang mengingatkan akan status kita yang dahulu sebagai budak dosa, namun sekarang di dalam Kristus kita telah menjadi anak-anak Allah yang tidak disekat oleh strata sosial, kita setara, karena kita semua satu keluarga yang sama-sama berhak menerima berkat Allah, Bapa kita (Galatia 3:27-29).
Demikian dua seri pelajaran Alkitab tentang Pentakosta, sampai jumpa lagi pada tulisan berikutnya. Selamat beraktivitas, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H