Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doa Seorang yang Pantang Menyerah (Lukas 18:8)

24 Februari 2023   22:57 Diperbarui: 24 Februari 2023   23:00 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar ilustrasi: Pexels/Tara Winstead

Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi? (Lukas 18:8)

Kompasianer yang terkasih, ayat ini menghubungkan perumpamaan di perikop dari ayat 1-8 dengan pengajaran eskatologis dari pasal sebelumnya. Silakan Kompasianer membaca artikel saya sebelumnya yang berjudul: "Kerajaan Allah Ada di Antara Kamu." (Lukas 17:20-21)

Pada Lukas 17:20, orang-orang Farisi bertanya kapan Kerajaan Allah akan datang, dan di ayat 37 giliran murid-murid Yesus yang bertanya: "Di mana, Tuhan?" Artinya, mereka bertanya kapan dan di mana, lalu Yesus menjawab mereka yang merindukan datangnya Mesias, Sang Raja Damai yang dijanjikan melalui para nabi di Perjanjian Lama, bahwa Dialah yang dimaksud, yang sudah ada di antara mereka.

Itu sebabnya, di Lukas 18:1 Yesus mengatakan suatu perumpamaan untuk menjelaskan kepada murid-murid bahwa kedatangan-Nya yang memberi pertolongan bukan soal kapan dan di mana, tetapi soal sikap yang benar, yaitu selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Berdoa dengan tidak jemu-jemu itu harus memakai iman.

Pada ayat 2-5, Yesus menyajikan dua orang tokoh dalam perumpamaan tersebut yaitu seorang hakim dan seorang janda.

1. Sang hakim

Dia seorang yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun (ayat 2). Ia juga disebut seorang hakim yang lalim (ayat 6). Dia bukanlah hakim yang cocok seperti yang disyaratkan oleh Hukum Taurat, jadi sangat sulit untuk mendapatkan keadilan dengan cara yang wajar.

2. Sang janda

Dia memiliki masalah uang dengan lawannya (ayat 3), dan dia meminta sang hakim untuk membela haknya; ia meminta keadilan. Dan hakim itulah satu-satunya harapan bagi dirinya untuk mendapatkan keadilan.

Sekarang, mari kita lihat respon dari kedua orang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun