Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. (Lukas 16:8)
Kompasianer yang terkasih, ini adalah salah satu dari perumpamaan Yesus yang sulit dipahami dengan hanya membacanya sembari lewat. Para ahli tafsir Alkitab pun banyak yang berbeda pendapat soal ini. Tetapi, saya ingin menyampaikan maksud perumpamaan tersebut secara sederhana saja sebagai bahan perenungan kita pada hari ini.
Namun demikian, kita harus berhati-hati ketika menafsir tentang sang tokoh utama dalam perumpamaan ini yaitu seorang bendahara yang tidak jujur. Yesus tidak pernah membenarkan ketidakjujurannya, tetapi yang menjadi poin pengajaran-Nya ialah soal kecerdasan si bendahara ketika menghadapi masa kritis dalam kehidupannya.
Pada ayat 1 diceritakan, bahwa ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Orang kaya itu adalah pemilik modal atau perusahaan, dan bendahara itu adalah semacam manajer yang bertugas mengelola keuangan sang pemilik. Lalu terjadilah masalah ketika si bendahara dituduh menghamburkan uang perusahaan dan ia pun terancam dipecat (ayat 2).
Pada ayat 3-4, si bendahara mulai memikirkan masa depannya apabila ia dipecat, dan ke mana ia harus pergi agar mendapatkan tempat perteduhan. Jadi, si bendahara terancam dipecat dan diusir oleh tuannya. Tetapi pada ayat 5-7, si bendahara kemudian bertindak dengan sangat cerdik.
Si bendahara mendatangi para debitur tuannya dan membuat kesepakatan baru dengan mereka soal kewajiban mereka untuk membayar utang. Ia memberikan diskon sebanyak 50% dan 20% kepada masing-masing debitur. Hal ini tentu menguntungkan bagi para debitur, karena mereka mendapat keringanan pembayaran utang.
Menurut ahli, tindakan si bendahara tidak merugikan sang tuan, karena diskon yang diberikan kepada para debitur itulah keuntungan perusahaan. Yah lumayanlah, paling tidak sang tuan bisa balik modal daripada tagihannya macet sama sekali. Dalam hal ini, si bendahara mendapat utang budi dari para debitur. Inilah kecerdikannya si bendahara.
Kecerdikannya inilah yang dipuji oleh sang tuan. Jadi jelas, yang dipuji adalah kecerdikan si bendahara, bukan ketidakjujurannya. Tidak jujur adalah perbuatan yang tidak baik yang diperbuat sebelumnya, tetapi dengan ancaman pemecatan itulah yang mengubah perilaku dari si bendahara.
Namun demikian, perumpamaan ini berbeda dengan perumpamaan tentang pertobatan di pasal 15 yang telah saya bahas sebelumnya. Di ayat pokok, ayat 8b adalah penjelasan Yesus, bahwa anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang. Dengan demikian, Yesus mendorong orang-orang beriman untuk cerdik di masa kritis.
Ada dua hal yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dari perumpamaan tersebut. Pertama, berani mengambil langkah yang tepat untuk masa depan dalam situasi kritis. Kedua, tidak melarikan diri dari masalah, melainkan berupaya untuk menyelesaikannya dengan cara yang taktis dan kreatif.