"Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku. Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya." (Ratapan 3:20-24)
Kompasianer yang terkasih, tulisan kali ini merupakan seri pertama dari empat seri mengenai Ratapan pasal 3. Yuk kita mulai. Yeremia adalah nabi yang ikut merasakan penderitaan bangsa Yehuda yang ditaklukkan bangsa Babel akibat penghukuman Tuhan atas Yehuda yang tidak mau mendengarkan Tuhan, termasuk apa yang disampaikan oleh Yeremia (ayat 1-19). Ia berada di masa yang sukar.
Bagi bangsa Yehuda secara umum, situasi ini jelas sangat menekan. Mereka harus meninggalkan tanah perjanjian, tentu saja termasuk Yerusalem, di mana Bait Allah berada sebagai simbol kedigdayaan bangsa. Bagi bangsa Yehuda, kehilangan tersebut merupakan penderitaan dan rasa malu yang tak terlukiskan. Benar-benar amsyong!
Perhatikan di ayat 20-21. Di ayat 20, pikiran Yeremia terfokus pada masalahnya, ia hanya mengingat keadaannya yang susah. Itu sebabnya, ia terbelenggu dalam kepedihan dan keputusasaan. Namun kemudian, di ayat 21a, Yeremia segera berubah pandangan. Ia memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan Allah, bukan pada persoalannya lagi.
"Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan," menggunakan kata kerja dari teks Ibrani dan dipakai dalam terjemahan Septuaginta, maka ayat 21 dapat diterjemahkan: "Tetapi hal ini aku kembalikan ke dalam hati." Ini berarti, sebelumnya Yeremia telah mengisi hatinya yang dikuasai oleh persoalan dan kemalangan bangsa Yehuda sehingga ia sangat menderita.
Tetapi, setelah Yeremia melihat kepada Tuhan, sekarang ia kembali berani berharap (ayat 21b). Terjemahan dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yaitu "aku akan berharap," tetapi terjemahan mayoritas adalah "aku memiliki pengharapan." Pengharapan itu bersifat pasti. Pengharapan seperti apa yang Yeremia maksudkan?
Pertama, bangsa Yehuda masih ada hanya karena kasih setia Tuhan (ayat 22a). Terjemahan LAI adalah "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN," tetapi sebagian versi Alkitab seperti KJV, ASV, dan NIV menerjemahkannya menjadi "Oleh karena kasih setia TUHAN, maka kami tidak habis."
Kedua, bangsa Yehuda yang telah berdosa tetap hidup karena rahmat Tuhan yang tak habis-habisnya dan selalu baru setiap pagi (ayat 22b, 23). Kata "rahmat" diidentikkan dengan belas kasihan atas orang berdosa atau orang yang menderita. Rahmat Tuhan mencakup dua hal: akan terus menerus dan baru setiap pagi.
Ketiga, bangsa Yehuda telah kehilangan tanah perjanjian, Yerusalem dan Bait Allah, tetapi mereka masih memiliki Tuhan yang tetap mengasihi mereka (ayat 24a). Ini adalah pengharapan Yeremia seperti di ayat 21b. Kata "bagianku," dari teks Ibrani menunjukkan, bahwa apa yang dimiliki seseorang tidak dapat diganggu gugat. Jadi, ia tidak perlu mengingini apa yang bukan menjadi miliknya. Tuhan menjadi bagian hidupnya itu sudah cukup (bnd. Mazmur 23:1 "TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku").
Bagi Yeremia, bangsa Yehuda boleh kehilangan segalanya, tetapi Tuhan akan tetap menjadi harta mereka yang terbesar karena perjanjian kekal-Nya itu. Hanya Tuhanlah yang akan selalu ada bagi umat-Nya di masa yang sukar. Amin.